Alat Untuk Seminar Online dari Rumah

26.1.21
SARA NEYRHIZA TRAINER PUBLIC SPEAKING


Awal tahun 2021 ternyata nggak bisa selow. Saya dan suami memutuskan untuk merenovasi kantor SPEAKING.id, yang sebenernya udah ditunda lama. Sifatnya urgent, beneran harus dilakukan sekarang. Akhirnya meski masih pandemi dan musim hujan, proses bikin kantor biar lebih oke terus berlanjut.


Masalahnya, meski kantor lagi off tentu pekerjaan harus lanjut terus. Apalagi kelas online dan kerja sama narasumber seminar atau workshop online masih jalan. Yaudah deh, semua perangkat untuk ngajar daring akhirnya diangkut ke rumah.


Jarak kantor dan rumah deket kok, paling cuma 3 menit. Beda blok doang. Soal angkut mengangkut bisa dibawa pake tangan sambil jalan, plus bawa mobil untuk barang- barang yang lebih kecil.


Setelah sampai kerumah, kami memanfaatkan sisa space lantai 2. Nggak besar, tapi harus cukup.


Nah, kali ini saya coba share, perangkat apa sih yang saya pakai ketika ngajar dan jadi narasumber webinar Silakan cek di bawah ini.



MAIN SYSTEM


Mau nggak mau, biar simple, saya masih mengandalkan laptop harian. Sebagai pengganti web cam yang gambarnya kurang oke, dan males pake kamera (sayang sama kamera kalau over heat.ha ha ha), saya memilih hape Samsung lawas J1 mini sebagai gantinya. Dengan aplikasi Droidcam dikoneksikan ke laptop pake kabel usb.


Untuk suara, saya pakai microphone Samson C01 yang dicolok ke audio interface Behringer UMC404HD yang lewat jalur usb juga. Total ada 3 colokan usb yang terpakai. 1 untuk cam, 1 untuk audio interface dan 1-nya buat dongle mouse wireless.


Nah untuk di aplikasi Zoom, setting videonya kita arahkan ke virtual camera aplikasi Droidcam, dan audionya kita arahkan ke mic input dari Behringer UMC404HD. Sementara untuk headphone supaya bisa bersembunyi di dalam jilbab saya masih pakai earphone bawaan hape Samsung yang ada aja.



BACKUP SYSTEM


Nggak ada rencana yang 100% sempurna. Makanya, saya harus ready backup system. Kalau ada gangguan koneksi dan perangkat, bisa cepat teratasi.


Saya pakai Samsung Tab dan headset Logitech 151 buat komunikasinya. Set-up ini bebas listrik dan sudah ada provider tersendiri untuk koneksi internetnya.

Jadi kalo ada kejadian listrik mati (dan internet rumah biasanya ikutan mati karena routernya mati juga kan) bisa segera pindah tanpa perlu waktu yang lama.



Ribet- nggak- ribet ya.. Tapi, semua harus diusahakan, apalagi kalau kita memang ingin menjadi trainer dan public speaker yang profesional. Kendala pasti tetap ada. Bahkan, kalau hujan deres banget, bisa tuh sinyal ilang atau mati lampu tiba- tiba.


Kalau udah ngerasa optimal usahanya, jangan lupa doa dan kemudian berserah pada Tuhan. Just enjoy the show!



See you on the next blogpost.








Thank you, 



Asyiknya Reading Aloud dengan Let's Read

9.1.21

 

APLIKASI LETS READ

"Mah, malam ini sepuluh cerita ya"

 

Waduh, sepuluh? Saya garuk- garuk kepala. Judul buku apalagi yang harus saya baca. Rasanya bosan mengulang- ulang buku yang sama. Saya harus lebih pintar berimprovisasi. Karena selain sebagai pembaca buku, sekarang jadi pendongeng juga. Ceritanya bermacam- macam. Mulai dari cerita kelinci dan wortel, kisah tentang peri di Negeri Merah Jambu, legenda Timun Emas, dan masih banyak lainnya.

 

Saya tidak pernah keberatan menikmati kesempatan 20 menit setiap malam bercerita sambil berdiskusi dengan Lila, anak saya. Apalagi mungkin seharian saya lebih fokus bekerja. Sesekali Lila memang suka merengek, kenapa mamanya sibuk sekali. Tapi dengan aktivitas bed time story ini, bisa jadi semacam penebus dosa atas waktu bermain yang sedikit bersamanya.

 

Mungkin, para ibu yang bekerja di ranah publik merasakan hal yang sama. Ada kalanya bonding dengan anak berkurang. Meski secara fisik kami bertemu, ternyata waktu tidak melulu bisa berpadu. Mungkin kita dekat, tapi secara hati jauh dan berjarak.

 

Hak anak, yang kadang terabaikan atas nama kesibukan dan rasa lelah. Sebagian orang tua merasa sudah memberikan semuanya, dengan uang hasil kerja keras. Tapi terkadang kita lupa, anak hanya ingin diperhatikan dan merasa dekat.

 

Itulah mengapa saya merasa senang. Ketika akhirnya menemukan best moment bersama anak melalui aktivitas membaca cerita. Bermodalkan buku atau aplikasi cerita, saya bisa leluasa melakukan reading aloud atau aktivitas membaca nyaring. Membaca menyenangkan bukan hanya karena kisahnya yang menarik, tetapi juga karena interaksi, tawa dan melihat ekspresi wajah anak yang antusias ketika sebuah dongeng dihidupkan melalui cerita bergambar.

 

Reading Aloud

 


Usia Lila hampir 6 tahun. Kemampuan membaca dan menulisnya sudah berkembang pesat. Terlebih selama 10 bulan terakhir saya dan suami mengambil alih tugas guru selama pandemi. Kami mengajar Lila setiap hari. Membaca, menulis, menggambar, membuat kerajinan tangan, juga mengaji.

 

Untuk menstimulasi kebiasaan membaca, saya mengenalkan reading aloud pada Lila. Reading aloud atau membaca nyaring diartikan sebagai aktivitas membaca buku dengan cara disuarakan. Jadi ketika membaca buku, kita sampaikan dengan suara lantang. Meski terbilang mudah, ternyata reading aloud ini memberi banyak manfaat. Seperti, meningkat daya imajinasi anak, melatih anak memahami alur cerita, menambah perbendaharaan kata, melatih berbicara dan berdiskusi, dan yang tidak kalah penting yaitu menguatkan bonding ibu dan anak.

 

"Apakah membaca nyaring harus dilakukan dalam durasi yang lama?" seorang kawan saya pernah bertanya. Oh, tidak. Cukup 15 menit setiap hari, manfaat reading aloud ini bisa dirasakan.

 

Aktivitas ini sebenarnya bukan hanya untuk orang tua dengan anak yang sudah mampu membaca saja. Bahkan, semenjak dalam kandungan orang tua bisa mulai aktif membacakan buku untuk calon bayi mereka. Professor Minna Huotilainen dari University of Helsinki dalam penelitian berjudul Prenatal Music Exposure Induces Long-Term Neural Effects ( 2013) menjelaskan, bahwa otak janin mampu beradaptasi dengan suara dan bahasa yang ia dengar sejak dalam rahim. Baik dari nyanyian atau ketika diajak berbicara oleh orang tuanya. Maka, reading aloud bisa menjadi stimulasi positif untuk membuat otak janin berkembang dengan lebih optimal.

 

Tidak ada waktu yang spesifik untuk melakukan reading aloud. Kita bisa lakukan kapan dan di mana saja. Tapi perhatkan mood anak, hindari saat ia merasa lapar, lelah, atau ngatuk berat.

 

Memilih Cerita Untuk Reading Aloud

 

Setelah membaca puluhan cerita, ternyata tidak semua buku dan cerita nyaman untuk dibaca nyaring. Cerita yang bertele- tele akan membuat anak cepat bosan dan kesulitan memahami jalan cerita.

 

Ada beberapa karakteristik cerita yang cocok untuk membaca nyaring.

 

1. Cerita boleh fiksi maupun non fiksi 

Sesuaikan dengan usia anak. Anak di bawah 5 tahun memang lebih tepat dengan cerita fiksi, untuk anak di atas 5 tahun kita bisa memadukan dengan cerita non fiksi yang disesuaikan dengan nilai- nilai kehidupan sehari hari.

 

2. Pilih cerita bergambar

Pada dasarnya otak manusia memang lebih responsif terhadap pesan visual. Cerita bergambar akan memudahkan anak dalam memahami cerita.


3. Pilih cerita dengan alur yang tegas dan tokoh yang kuat

Anak memiliki tingkat konsentrasi yang terbatas. Orang tua sebaiknya memilih cerita yang lugas dan tidak bertele- tele. Cerita- cerita deskriptif dan argumentatif kurang sesuai untuk aktivitas reading aloud karena terlalu detail. Kecuali jika orang tua mampu melakukan parafrase sehingga cerita bisa dinikmati dengan ringan.

 

4. Pilih buku dengan teks berukuran besar

Jika kita menggunakan buku untuk media reading aloud, sebaiknya memilih buku dengan teks berukuran besar. Beri kesempatan anak untuk mengeja huruf demi huruf untuk meningkatkan skill membacanya.

 


Let’s Read.

Membaca Nyaring dengan Mudah dan Menyenangkan 

 

Ada kalanya saya bingung, ketika anak selalu meminta cerita baru untuk disampaikan. Jika harus membeli buku baru terus menerus pasti akan merepotkan. Untungnya saya menemukan aplikasi Let’s Read


Let’s Read adalah sebuah perpustakan digital dengan banyak koleksi cerita anak, yang  diprakarsai oleh Books for Asia dari The Asia Foundation. Aplikasi ini bertujuan menumbuhkan minat baca anak yang ada  di Asia. Cerita anak di Let's Read tersedia dalam berbagai bahasa, termasuk  bahasa daerah seperti bahasa Sunda, Jawa dan Bali.  Konten lokal ini dikembangkan melalui lokakarya dan bekerja sama dengan para pakar buku anak dan komunitas.

 

Sejak mengenal Let's Read, screen time Lila jadi lebih bermanfaat. Selain bisa diakses melalui aplikasi, kita bisa juga mengakses melalui website letsreadasia.org


Apa yang membuat Let's Read menarik dan betah menggunakannya?

 

1. Cerita bergambar yang menarik ✔️

Setiap kisah di Let's Read dilengkapi dengan gambar yang menghidupkan dongeng. Dengan cerita bergambar ini, akan membantu improvisasi saat reading aloud sekaligus menarik perhatian anak. Anak akan lebih mudah mengimajinasikan alur cerita dengan gambar yang ditampilkan.

 

2. Pilihan cerita yang beragam ✔️

Pada aplikasi Let’s Read  disajikan gulir menu untuk memilih :

  • bahasa
  • level cerita
  • topik cerita

 

LETS READ APLIKASI CERITA ANAK



Para ibu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan mereka menurut bahasa, usia anak dan topik yang anak sukai.

 

3. Mengembangkan kreativitas dengan berbagai bentuk konten ✔️

 

Pembaca Let’s Read diizinkan melakukan adaptasi cerita ke dalam format lain. Seperti membuat konten audio (podcast) atau video (vlog) tanpa ada izin tertulis dari penulis maupun ilustrator. Kita juga boleh mengunduh dan mencetak cerita  jika dibutuhkan untuk sesi membaca di rumah atau di sekolah.

 


Menghidupkan Dongeng dengan Cerita Bergambar

 

LETS READ READING ALOUD

Ketika dinobatkan sebagai Bunda Duta Baca Kota Solo tahun 2019, saya memiliki misi untuk menyebarkan semangat membaca ke lebih banyak orang tua. Saya memahami bahwa minat baca anak sangat dipengaruhi oleh kebiasaan orang tua. Maka, jika orang tua tidak membudayakan kebiasaan membaca di rumah, maka minat baca anak tidak akan timbul.

 

Hasil penelitian evaluasi sistem pendidikan Programme for International Student Assesment (PISA) di tahun 2018 menunjukkan, bahwa siswa di Indonesia menempat nilai terendah untuk pengukuran membaca, matematika, dan sains. Maka, sudah menjadi tugas kita sebagai orang tua agar lebih peduli untuk meningkatkan literasi baca tulis anak sejak dari rumah. Salah satunya dengan aktivitas Reading aloud ini.

 

Bagaimana agar aktivitas membaca nyaring menjadi menyenangkan?

 

1. Pahami ceritanya

Sebelum membacakan cerita ke anak, sebaiknya kita sudah memahami jalan ceritanya terlebih dahulu. Sehingga, kita bisa melakukan improvisasi jika dibutuhkan.

 

2. Pilih tempat yang nyaman

Kita bisa melakukan reading aloud di atas kasur, atau duduk di sofa. Posisikan tubuh anak dengan nyaman, sehingga ia bisa fokus mendengarkan cerita yang kita bacakan.

 

3. Perkenalkan Cerita

Sampaikan judul ceritanya. Bisa juga dengan menyebutkan nama penulis dan ilustratornya. Lalu, mulai dengan mengenalkan tokoh utama dalam cerita tersebut.

 

4. Improvisasi dengan suara dan gestur

Agar sesi reading aloud tidak monoton, lakukan improvisasi dengan memberikan efek suara yang dramatis dan menyenangkan, gestur, ekspresi wajah, dan perubahan nada suara agar anak semakin tertarik menyimak.

 

5. Tunjukkan detail ilustrasi gambar

Tunjukkan detail ilustrasi dan penokohan dalam cerita untuk menguatkan imajinasi anak.

 

6. Luangkan waktu untuk diskusi

Rasa ingin tahu anak sangat besar. Coba pancing agar ia belajar mengemukakan pendapat dan perasaan mereka. Gunakan pertanyaan kreatif untuk mendorong pemikiran dan diskusi yang mendalam.


 

Nah, seperti apa sih serunya ketika saya membaca nyaring bersama  Lila dengan aplikasi Let's Read? 

Lihat yuk video di bawah ini.

 


 

Membaca nyaring itu menyenangkan, bukan?


Untuk mendapatkan banyak cerita seru lainnya, yuk download aplikasi Let’s Read di Play Store atau App Store atau klik di sini. Temukan berbagai cerita bergambar menarik dalam berbagai bahasa, bisa diakses dimana saja, dan pastinya gratis.

 

Happy Reading aloud!

 

 

 

See you on the next blogpost.








Thank you, 


Auto Post Signature