Awal tahun 2021 ternyata nggak bisa selow. Saya dan suami memutuskan untuk merenovasi kantor SPEAKING.id, yang sebenernya udah ditunda lama. Sifatnya urgent, beneran harus dilakukan sekarang. Akhirnya meski masih pandemi dan musim hujan, proses bikin kantor biar lebih oke terus berlanjut.
Masalahnya, meski kantor lagi off tentu pekerjaan harus lanjut terus. Apalagi kelas online dan kerja sama narasumber seminar atau workshop online masih jalan. Yaudah deh, semua perangkat untuk ngajar daring akhirnya diangkut ke rumah.
Jarak kantor dan rumah deket kok, paling cuma 3 menit. Beda blok doang. Soal angkut mengangkut bisa dibawa pake tangan sambil jalan, plus bawa mobil untuk barang- barang yang lebih kecil.
Setelah sampai kerumah, kami memanfaatkan sisa space lantai 2. Nggak besar, tapi harus cukup.
Nah, kali ini saya coba share, perangkat apa sih yang saya pakai ketika ngajar dan jadi narasumber webinar Silakan cek di bawah ini.
MAIN SYSTEM
Mau nggak mau, biar simple, saya masih mengandalkan laptop harian. Sebagai pengganti web cam yang gambarnya kurang oke, dan males pake kamera (sayang sama kamera kalau over heat.ha ha ha), saya memilih hape Samsung lawas J1 mini sebagai gantinya. Dengan aplikasi Droidcam dikoneksikan ke laptop pake kabel usb.
Untuk suara, saya pakai microphone Samson C01 yang dicolok ke audio interface Behringer UMC404HD yang lewat jalur usb juga. Total ada 3 colokan usb yang terpakai. 1 untuk cam, 1 untuk audio interface dan 1-nya buat dongle mouse wireless.
Nah untuk di aplikasi Zoom, setting videonya kita arahkan ke virtual camera aplikasi Droidcam, dan audionya kita arahkan ke mic input dari Behringer UMC404HD. Sementara untuk headphone supaya bisa bersembunyi di dalam jilbab saya masih pakai earphone bawaan hape Samsung yang ada aja.
BACKUP SYSTEM
Nggak ada rencana yang 100% sempurna. Makanya, saya harus ready backup system. Kalau ada gangguan koneksi dan perangkat, bisa cepat teratasi.
Saya pakai Samsung Tab dan headset Logitech 151 buat komunikasinya. Set-up ini bebas listrik dan sudah ada provider tersendiri untuk koneksi internetnya.
Jadi kalo ada kejadian listrik mati (dan internet rumah biasanya ikutan mati karena routernya mati juga kan) bisa segera pindah tanpa perlu waktu yang lama.
Ribet- nggak- ribet ya.. Tapi, semua harus diusahakan, apalagi kalau kita memang ingin menjadi trainer dan public speaker yang profesional. Kendala pasti tetap ada. Bahkan, kalau hujan deres banget, bisa tuh sinyal ilang atau mati lampu tiba- tiba.
Kalau udah ngerasa optimal usahanya, jangan lupa doa dan kemudian berserah pada Tuhan. Just enjoy the show!
Waduh, sepuluh? Saya garuk- garuk kepala. Judul buku apalagi
yang harus saya baca. Rasanya bosan mengulang- ulang buku yang sama. Saya harus
lebih pintar berimprovisasi. Karena selain sebagai pembaca buku, sekarang jadi
pendongeng juga. Ceritanya bermacam- macam. Mulai dari cerita kelinci dan
wortel, kisah tentang peri di Negeri Merah Jambu, legenda Timun Emas, dan masih
banyak lainnya.
Saya tidak pernah keberatan menikmati kesempatan 20 menit
setiap malam bercerita sambil berdiskusi dengan Lila, anak saya. Apalagi
mungkin seharian saya lebih fokus bekerja. Sesekali Lila memang suka merengek,
kenapa mamanya sibuk sekali. Tapi dengan aktivitas bed time story ini, bisa
jadi semacam penebus dosa atas waktu bermain yang sedikit bersamanya.
Mungkin, para ibu yang bekerja di ranah publik merasakan hal
yang sama. Ada kalanya bonding dengan anak berkurang. Meski secara fisik kami
bertemu, ternyata waktu tidak melulu bisa berpadu. Mungkin kita dekat, tapi
secara hati jauh dan berjarak.
Hak anak, yang kadang terabaikan atas nama kesibukan dan
rasa lelah. Sebagian orang tua merasa sudah memberikan semuanya, dengan uang
hasil kerja keras. Tapi terkadang kita lupa, anak hanya ingin diperhatikan dan
merasa dekat.
Itulah mengapa saya merasa senang. Ketika akhirnya menemukan
best moment bersama anak melalui aktivitas membaca cerita. Bermodalkan buku
atau aplikasi cerita, saya bisa leluasa melakukan reading aloud atau aktivitas membaca nyaring. Membaca menyenangkan
bukan hanya karena kisahnya yang menarik, tetapi juga karena interaksi, tawa dan melihat ekspresi wajah anak yang antusias ketika
sebuah dongeng dihidupkan melalui cerita bergambar.
Reading Aloud
Usia Lila hampir 6 tahun. Kemampuan membaca dan menulisnya sudah berkembang pesat. Terlebih selama 10 bulan terakhir saya dan suami
mengambil alih tugas guru selama pandemi. Kami mengajar Lila setiap hari. Membaca,
menulis, menggambar, membuat kerajinan tangan, juga mengaji.
Untuk menstimulasi kebiasaan membaca, saya mengenalkan reading aloud pada Lila. Reading aloud atau membaca nyaring diartikan sebagai
aktivitas membaca buku dengan cara disuarakan. Jadi ketika membaca buku, kita
sampaikan dengan suara lantang. Meski terbilang mudah, ternyata reading aloud ini memberi banyak
manfaat. Seperti, meningkat daya imajinasi anak, melatih anak memahami alur
cerita, menambah perbendaharaan kata, melatih berbicara dan berdiskusi, dan
yang tidak kalah penting yaitu menguatkan bonding ibu dan anak.
"Apakah membaca nyaring harus dilakukan dalam durasi
yang lama?" seorang kawan saya pernah bertanya. Oh, tidak. Cukup 15 menit
setiap hari, manfaat reading aloud
ini bisa dirasakan.
Aktivitas ini sebenarnya bukan hanya untuk orang tua dengan
anak yang sudah mampu membaca saja. Bahkan, semenjak dalam kandungan
orang tua bisa mulai aktif membacakan buku untuk calon bayi mereka. Professor
Minna Huotilainen dari University of Helsinki dalam penelitian berjudul
Prenatal Music Exposure Induces Long-Term Neural Effects ( 2013) menjelaskan,
bahwa otak janin mampu beradaptasi dengan suara dan bahasa yang ia dengar sejak
dalam rahim. Baik dari nyanyian atau ketika diajak berbicara oleh orang tuanya.
Maka, reading aloud bisa menjadi
stimulasi positif untuk membuat otak janin berkembang dengan lebih optimal.
Tidak ada waktu yang spesifik untuk melakukan reading aloud. Kita bisa lakukan kapan
dan di mana saja. Tapi perhatkan mood anak, hindari saat ia merasa lapar,
lelah, atau ngatuk berat.
Memilih Cerita Untuk Reading Aloud
Setelah membaca puluhan cerita, ternyata tidak semua buku dan cerita nyaman untuk dibaca nyaring. Cerita yang bertele- tele akan membuat anak cepat bosan dan kesulitan memahami jalan
cerita.
Ada beberapa karakteristik cerita yang cocok untuk membaca nyaring.
1. Cerita boleh fiksi maupun non fiksi
Sesuaikan dengan usia anak. Anak di bawah 5 tahun memang
lebih tepat dengan cerita fiksi, untuk anak di atas 5 tahun kita bisa memadukan
dengan cerita non fiksi yang disesuaikan dengan nilai- nilai kehidupan sehari
hari.
2. Pilih cerita bergambar
Pada dasarnya otak manusia memang lebih responsif terhadap
pesan visual. Cerita bergambar akan memudahkan anak dalam memahami cerita.
3. Pilih cerita dengan alur yang tegas dan tokoh yang kuat
Anak memiliki tingkat konsentrasi yang terbatas. Orang
tua sebaiknya memilih cerita yang lugas dan tidak bertele- tele. Cerita- cerita
deskriptif dan argumentatif kurang sesuai untuk aktivitas reading aloud karena terlalu detail. Kecuali jika orang tua mampu
melakukan parafrase sehingga cerita bisa dinikmati dengan ringan.
4. Pilih buku dengan teks berukuran besar
Jika kita menggunakan buku untuk media reading aloud, sebaiknya memilih buku dengan teks berukuran besar. Beri kesempatan anak untuk mengeja
huruf demi huruf untuk meningkatkan skill membacanya.
Let’s Read.
Membaca Nyaring dengan Mudah dan Menyenangkan
Ada kalanya saya bingung, ketika anak
selalu meminta cerita baru untuk disampaikan. Jika harus membeli buku baru terus menerus pasti akan merepotkan. Untungnya saya menemukan aplikasiLet’s Read.
Let’s Read adalah sebuah perpustakan digital dengan banyak koleksi cerita anak, yangdiprakarsai oleh Books for Asia dari The Asia
Foundation. Aplikasi ini bertujuan menumbuhkan minat baca anak yang adadi Asia. Cerita anak di Let's Read tersedia dalam berbagai bahasa, termasukbahasa daerah seperti bahasa Sunda, Jawa dan Bali. Konten
lokal ini dikembangkan melalui lokakarya dan bekerja sama dengan para pakar
buku anak dan komunitas.
Sejak mengenal Let's Read, screen time Lila jadi lebih bermanfaat. Selain bisa diakses melalui aplikasi, kita bisa juga mengakses melalui website letsreadasia.org
Apa yang membuat Let's Read menarik dan betah menggunakannya?
1. Cerita bergambar yang menarik ✔️
Setiap kisah di Let's Read dilengkapi dengan gambar yang menghidupkan dongeng. Dengan cerita bergambar ini, akan membantu improvisasi saat reading aloud sekaligus menarik perhatian anak. Anak akan lebih mudah mengimajinasikan alur cerita
dengan gambar yang ditampilkan.
2. Pilihan cerita yang beragam ✔️
Pada aplikasi Let’s Read disajikan gulir
menu untuk memilih :
bahasa
level cerita
topik cerita
Para ibu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan mereka menurut
bahasa, usia anak dan topik yang anak sukai.
3. Mengembangkan kreativitas dengan berbagai bentuk konten ✔️
Pembaca Let’s Read diizinkan melakukan
adaptasi cerita ke dalam format lain. Seperti membuat konten audio (podcast)
atau video (vlog) tanpa ada izin tertulis dari penulis maupun ilustrator. Kita
juga boleh mengunduh dan mencetak ceritajika
dibutuhkan untuk sesi membaca di rumah atau di sekolah.
Menghidupkan Dongeng dengan Cerita Bergambar
Ketika dinobatkan sebagai Bunda Duta Baca Kota Solo tahun
2019, saya memiliki misi untuk menyebarkan semangat membaca ke lebih banyak
orang tua. Saya memahami bahwa minat baca anak sangat dipengaruhi oleh
kebiasaan orang tua. Maka, jika orang tua tidak membudayakan kebiasaan membaca
di rumah, maka minat baca anak tidak akan timbul.
Hasil penelitian evaluasi sistem pendidikan Programme for
International Student Assesment (PISA) di tahun 2018menunjukkan, bahwa siswa di Indonesia menempat
nilai terendah untuk pengukuran membaca, matematika, dan sains. Maka, sudah menjadi
tugas kita sebagai orang tua agar lebih peduli untuk meningkatkan literasi baca
tulis anak sejak dari rumah. Salah satunya dengan aktivitas Reading aloud ini.
Bagaimana agar aktivitas membaca nyaring menjadi
menyenangkan?
1. Pahami ceritanya
Sebelum membacakan cerita ke anak, sebaiknya kita
sudah memahami jalan ceritanya terlebih dahulu. Sehingga, kita bisa melakukan
improvisasi jika dibutuhkan.
2. Pilih tempat yang nyaman
Kita bisa melakukan reading
aloud di atas kasur, atau duduk di sofa. Posisikan tubuh anak dengan
nyaman, sehingga ia bisa fokus mendengarkan cerita yang kita bacakan.
3. Perkenalkan Cerita
Sampaikan judul ceritanya. Bisa juga dengan menyebutkan nama
penulis dan ilustratornya. Lalu, mulai dengan mengenalkan tokoh utama dalam
cerita tersebut.
4. Improvisasi dengan suara dan gestur
Agar sesi reading
aloud tidak monoton, lakukan improvisasi dengan memberikan efek suara yang
dramatis dan menyenangkan, gestur, ekspresi wajah, dan perubahan nada suara
agar anak semakin tertarik menyimak.
5. Tunjukkan detail ilustrasi gambar
Tunjukkan detail ilustrasi dan penokohan dalam cerita
untuk menguatkan imajinasi anak.
6. Luangkan waktu untuk diskusi
Rasa ingin tahu anak sangat besar. Coba pancing agar ia belajar mengemukakan pendapat dan perasaan mereka. Gunakan pertanyaan kreatif
untuk mendorong pemikiran dan diskusi yang mendalam.
Nah, seperti apa sih serunya ketika saya membaca nyaring bersamaLila dengan aplikasi Let's Read?
Lihat yuk video di bawah ini.
Membaca nyaring itu menyenangkan, bukan?
Untuk
mendapatkan banyak cerita seru lainnya, yuk download aplikasi Let’s
Read di Play Store atau App Store atau klik di sini. Temukan berbagai cerita bergambar menarik dalam berbagai bahasa, bisa diakses
dimana saja, dan pastinya gratis.