Saya ambil gambar beberapa kali. Sayangnya tidak ada gambar yang baik yang berhasil saya tangkap. Ruangan pameran diterangi lampu berwarna kuning kecokelatan. Handphone saya merasa kesulitan menangkap gambar. Baik menggunakan kamera belakang maupun kamera depan.
Tidak menyerah saya utak atik mode manual di pengaturan handphone. Mencoba mengatur besarnya diafragma dan ISO. Kembali saya bidik gambar. Hasilnya sekali lagi mengecewakan.
Seorang mahasiswa mendekati saya. Dia membawa sebuah kamera DSLR di tangannya.
"Saya fotoin, Bu pakai kamera ini", ujarnya sambil mengacungkan kamera di depan saya. Saya meringis, sedikit malu.
"Wah, terima kasih lho, handphone saya sepertinya siap dimuseumkan. Besok kalau gajian, mungkin bisa beli mirorless, Mas", kata saya kemudian.
"Wah, terima kasih lho, handphone saya sepertinya siap dimuseumkan. Besok kalau gajian, mungkin bisa beli mirorless, Mas", kata saya kemudian.
"Pakai kamera ribet, Bu. Kalau untuk Ibu, mending beli handphone yang kameranya bagus saja. Lebih praktis", jelas mahasiswa saya itu lagi.
Sayapun mengangguk mengiyakan. Sudah terbayangan dibenak saya, sebuah handphone yang bisa mendukung aktivitas sehari-hari. Rasanya malu, kalau kejadian malam ini terulang lagi.
Handphone adalah Partner Hidup
Jika orang bilang bahwa handphone adalah teman beraktivitas, alat untuk membantu pekerjaan atau media untuk berkomunikasi, bagi saya handphone lebih dari itu. Handphone adalah partner hidup. Ya, sesuatu yang menemani dan mendukung kehidupan. Interaksi dengan handphone jauh lebih sering daripada dengan alat atau benda lainnya.
Bangun tidur saja, saya dibangunkan oleh alarm di handphone. Sebelum ke kamar mandi untuk ambil air wudhu di pagi hari, saya ngecek pesan dan email di handphone. Ketika olahraga di rumah, saya pakai juga aplikasi workout di handphone. Bayangkan, semua itu terjadi dari rentang pukul 04.30 hingga 05.30, ternyata saya tidak bisa lepas dari handphone.
Belum lagi untuk urusan pekerjaan.
Ketika saya mengajar di kelas, beberapa materi atau e-book sengaja saya simpan di handphone juga. Itu mengapa handphone dengan penyimpanan memori yang besar jelas saya butuhkan.
Kemudahan dalam membaca dokumen dalam bentuk pdf dan powerpoint harus didukung handphone dengan layar yang besar. Itu juga yang membuat saya memilih handphone dengan layar minimal 5.5 inchi. Jika lebih besar, tentu saya lebih suka.
Layar yang besar juga membantu saya dalam aktivitas menulis. Saya malas kalau harus bawa laptop kemana-mana. Maka saya bergantung juga dengan smartphone yang saya punya. Layar yang besar, memungkinkan jemari untuk mengetik dengan lebih nyaman. Terutama ketika membutuhkan zoom in zoom out, jari akan bergerak lebih leluasa.
Beberapa pekerjaan biasanya saya lakukan bersamaan. Menulis sambil membaca. Kadang juga membuka browser, membuka aplikasi chatting atau mengoperasikan kamera. Gimana caranya melakukan semua hal itu dalam satu gawai? Ya, kalau handphone RAM-nya tidak besar, siap-siap aja jadi ngelag, hang, ngambek tidak mau beroperasi.
Sering ngalamin hal ini? Sering banget!
Yang lebih menyedihkan apabila handphone tiba-tiba restart dan hasil kerja belum tersimpan. God, help me!! Berikan handphone yang anti ngelag
Blogging is a part of my life
Tulisan saya ini bukan berisi keluhan. Tapi saya paham kok, kalau saya tidak sendiri. Kamu merasakan dan mengalami juga kan apa yang terjadi dengan saya? Gimana sebelnya kalau handphone nggak bisa diajak kerja sama? Kalau handphone tiba-tiba ghost touch karena panas? Gimana kalau mau foto ternyata susah dapet gambar dan tiba-tiba kehabisan memori? Well, yah..itulah digital era. Kita sudah berbagi hidup dengan alat bernama handphone.
Dalam keseharian selain sebagai dosen, saya juga seorang bloger. Bloger yang bukan cuma mengisi blog dengan curhat dan puisi cinta, tentu saja. Aktivitas blogging menjadi hobi yang dibayar. Saya menghasilkan uang karena menulis di blog.
Dalam keseharian selain sebagai dosen, saya juga seorang bloger. Bloger yang bukan cuma mengisi blog dengan curhat dan puisi cinta, tentu saja. Aktivitas blogging menjadi hobi yang dibayar. Saya menghasilkan uang karena menulis di blog.
Awalnya, saya juga mengira kalau jadi bloger ya nulis aja, nulis lagi dan nulis terus. Ternyata, nggak sesederhana itu. Terlebih ketika orang bilang content is a king. Konten lah yang membuat blog tetap hidup.
Tetapi konten yang seperti apa?
Dulu teks saja cukup kan? Tapi sekarang nggak! Kita harus bisa nulis, bisa foto, bisa bikin infografis, bisa bikin video, bisa SEO dan bisa jadi influencer yang baik. Itu paket lengkap untuk jadi bloger saat ini. Dan itu nggak gampang.
Kita punya laptop aja nggak cukup. Butuh handphone kece, kamera yang keren, juga modal buat kesana kesini datang ke event.
But please..kalo kata orang jawa "Jer basuki mowa beyo" atau no pain no gain. Semua itu butuh modal men..
Buat saya sekarang, setelah saya punya laptop dengan performa yang bagus, saya harus juga dong meningkatkan kualitas gadget yang saya miliki. Minimal saya punya handphone yang bisa multitasking dengan optimal. Saya sudah lelah sekali dengan handphone saya saat ini. Yang ketika lowlight sudah nggak bisa berbuat apa-apa. Saya harus kewelahan ketika ambil gambar di malam hari.
Padahal saya sering diundang untuk menghadiri event. Tidak jarang restauran dan hotel meminta saya untuk mereview menu yang baru mereka keluarkan. Jelas saja aktivitas foto-foto menjadi vital. Kalau handphone saya tidak punya fitur kamera bagus, foto yang saya hasilkan tidak akan membuat orang berselera. Jadi, handphone dengan kamera bagus menjadi keharusan disaat ini. Syukur-syukur sudah dibekali teknologi AI (Artificial Inteligent), sehingga foto berlatar bokeh yang cantik bisa dihasilkan.
Ways to Instantly Appear More Confident
Profesi bloger memiliki keuntungan di era influencer marketing saat ini. Yakni menjadi figur yang dianggap cukup kredibel membangun opini. Sering saya terlibat dalam aktivitas marketing perusahaan, khususnya untuk membantu promosi dengan memanfaatkan social media dan blog. Di sini saya belajar banyak bagaimana membangun konten yang kreatif dan menarik engagament dari audience, juga menganalisis efektivitas penggunaan social media.
Pengalaman yang saya dapatkan sebagai bloger dan influencer ini saya gunakan sebagai bahan materi pengajaran di kampus. Kebetulan saya juga mengajar mata kuliah komunikasi bisnis. Salah satu kompetensi yang saya ajarkan yakni digital marketing. Jika hanya belajar dari buku, tentu akan terasa kurang. Karena kita tidak memiliki pengalaman untuk terlibat di dalamnya.
Dari social media yang saya miliki, mahasiswa bisa secara real melihat aktivitas yang saya lakukan. Sehingga apa yang saya sampaikan tidak omdo- omong doang. Mereka bisa belajar dari pengalaman saya berinteraksi di dunia maya, kemudian memodifikasinya untuk keperluan mereka dalam perkuliahan atau bisnis yang mereka geluti.
Agar balance, berinteraksi dengan orang lain tidak hanya dilakukan di social media saja, tetapi juga di dunia nyata. Saya sering menghadiri gathering atau workshop agar bisa bertemu dan belajar dengan orang baru.
Dalam komunikasi face to face, bukan hanya komunikasi verbal saja yang dibutuhkan tetapi juga nonverbal. Untuk mengoptimalkan rasa percaya diri, things yang saya gunakan itu menjadi penting. Khususnya untuk menarik impresi orang ketika pertama kali bertemu.
Selain fashion item, handphone menjadi barang yang perlu diperhatikan. Saya suka sekali handphone dengan body yang memiliki warna selain hitam agar tampak lebih luxury. Ini semacam trigger agar terlihat lebih menarik. Kita tidak bisa bohong kan bahwa kebanyakan orang judge people by its cover. Jadi membawa barang yang bagus, akan menstimulus penilaian positif dari orang lain. Apalagi dalam ranah hubungan bisnis, hal ini meningkatkan trust dan percaya diri.
Selain fashion item, handphone menjadi barang yang perlu diperhatikan. Saya suka sekali handphone dengan body yang memiliki warna selain hitam agar tampak lebih luxury. Ini semacam trigger agar terlihat lebih menarik. Kita tidak bisa bohong kan bahwa kebanyakan orang judge people by its cover. Jadi membawa barang yang bagus, akan menstimulus penilaian positif dari orang lain. Apalagi dalam ranah hubungan bisnis, hal ini meningkatkan trust dan percaya diri.
Akhirnya dengan beberapa pekerjaan yang saya lakukan bersamaan saat ini, sudah waktunya saya mendapatkan handphone impian. Yang bukan hanya mendukung dari sisi gaya tetapi juga produktivitas. Yang ketika saya bawa membuat saya lebih percaya diri, namun juga punya performa yang mumpuni.
Setelah mencari dan meminta rekomendasi dari rekan bloger, saya merasa Huawei Nova 3i memenuhi kriteria smartphone idaman saya di tahun 2018 ini.
Untuk menjadi smartphone idaman, jelas mendukung produktivitas kerja adalah hal yang utama.
Mengapa Huawei Nova 3i?
Untuk menjadi smartphone idaman, jelas mendukung produktivitas kerja adalah hal yang utama.
Apa yang dimiliki Huawei Nova 3i sehingga bisa memudahkan pekerjaan saya?
1. Huawei Nova 3i dengan FullView display yang lebar, dengan rasio screen-to-body yang tinggi dan tampilan depan yang cantik. Huawei Nova 3i menggunakan layar FHD+ generasi terbaru, berukuran 6,3 inch (2340×1080) dan rasio 19.5:9. Ukurannya yang besar akan membantu saya dalam membaca artikel atau ebook melalui handphone. Terlebih dengan spek seperti ini, layar Huawei nova 3i dapat menampilkan gambar yang lebih tajam.
2. Huawei Nova 3i juga dibekali GPU Turbo untuk mengoptimalkan kemampuan pemrosesan grafisnya. Buat para gamer, jelas kinerja tinggi yang dihasilkan GPU Turbo akan menghasilkan gambar berkualitas yang tajam dan pengalaman bermain game yang lebih menyenangkan. Istilahnya gini nih, buat gaming saja handal apalagi buat kebutuhan lainnya seperti yang sering saya lakukan yakni berkutat dengan foto, video dan menulis saja.
GPU Turbo adalah teknologi pengakselerasi pemrosesan grafis yang mengubah cara grafis diolah di level sistem; fitur ini meningkatkan integrasi software-hardware, sehingga bisa menjalankan game yang memiliki grafis paling intensif sekalipun, dengan mendongkrak performa dan efisiensi. (Sumber ; detik.com)
3. Dalam aktivitas blogging, saya membutuhkan smartphone dengan kapasitas memori yang besar untuk menyimpan foto dan video. Dan Huawei Nova 3i memiliki memori 128 GB. Ya ampun, ini luar biasa sekali! Karena beneran deh, tiap saya selesai liputan, saya harus segera mengosongkan memori handphone dengan memindahkan foto dan video ke laptop. Karena kalau sudah kepenuhan memorinya, ya udah handphone jadi lemot nggak ketulungan.
4. Nggak bakal baper soal kualitas kamera, karena Huawei Nova 3i dilengkapi dengan 4 kamera yang sudah mendukung AI teknologi. 2 kamera di bagian depan dengan kombinasi sensor utama 24 MP dan 2 MP dan 2 kamera belakang dengan sensor 16 MP dan 2 MP. Saya nggak akan bingung dan ribet lagi untuk urusan foto bokeh baik dengan kamera depan maupun kamera belakang. Foto bokeh yang dihasilkan juga terlihat profesional tanpa kesan fake.
Algoritma beautification juga dapat mendeteksi jenis kelamin ketika mengambil gambar selfie. Jadi untuk perempuan seperti saya yang suka berfoto, warna kulit saya juga dapat terkoreksi dengan baik. Selfie dengan Huawei Nova 3i akan makin percaya diri.
5. Nah, pasti semakin pede dengan membawa Huawei Nova 3i yang fashionable. I fall in love at the first sight dengan warna Iris Purple. Coba deh lihat, ada perpaduan warna biru dan ungu di balik lapisan kaca dengan sentuhan metalic sehingga terlihat futuristik. Dan saya harus bilang sih, kalau Huawai Nova 3i ini kelihatan mahal hanya dari casenya.
Algoritma beautification juga dapat mendeteksi jenis kelamin ketika mengambil gambar selfie. Jadi untuk perempuan seperti saya yang suka berfoto, warna kulit saya juga dapat terkoreksi dengan baik. Selfie dengan Huawei Nova 3i akan makin percaya diri.
Foto selfie yang diambil dengan Huawei Nova 3i dalam kondisi lowlight |
5. Nah, pasti semakin pede dengan membawa Huawei Nova 3i yang fashionable. I fall in love at the first sight dengan warna Iris Purple. Coba deh lihat, ada perpaduan warna biru dan ungu di balik lapisan kaca dengan sentuhan metalic sehingga terlihat futuristik. Dan saya harus bilang sih, kalau Huawai Nova 3i ini kelihatan mahal hanya dari casenya.
Kalau diperhatikan Huawei Nova 3i ini memang mumpuni. Pasti kamu yang membaca tulisan ini, akan sedikit ragu-ragu untuk membelinya. Karena kamu pasti berpikir kalau smartphone dengan performa segila ini pasti dibandrol dengan harga mahal.
Tapi, kamu harus ngiler (bareng sama saya), karena ternyata untuk mid-end level, Huawei Nova 3i ini harganya terjangkau. Coba cek di e-commerce kamu bisa mendapatkan Huawei Nova 3i dengan harga Rp 4.199.000,-. Ya, jadi gini lho, kalau dibandingin antara fungsionalitas dengan uang yang kita keluarkan, bisa dibilang Huawei Nova 3i layak banget buat kita beli. Jadi nggak sekedar jadi smartphone idaman, tapi memang harus kita punya di 2018. Ya, tho?
Jadi, gimana, demi produktivitas kita yang semakin meningkat, kita jadi beli Huawei Nova 3i bareng kan?