Sebulan sudah saya berusia 30 tahun. Rasanya baru kemarin saya berlarian di tengah lapangan atau berebut naik prosotan. Tapi kini, gantian saya yang mulai membersamai anak bermain ular tangga, atau menonton kartun kesukaan.
Bukankah waktu cepat berlalu? Tapi apakah diri kita sama dengan yang dulu? Atau sudah jauh melesat lebih tinggi, meski masih berjuang untuk meraih mimpi- mimpi yang lain?
Saya merekam podcast ini saat malam hari. Di tengah suasana yang sepi dan rintik hujan di luar rumah, disaat seperti ini saya mengingat banyak hal dalam hidup.
Kenangan membawa saya pada usia belia. Sejak balita, ibu saya begitu semangat mendukung saya menari dari satu panggung ke panggung yang lain. Saat kecil pula saya mencita-citakan menjadi seorang penari profesional. Saat itu, kegiatan inilah yang membuat saya bergairah dan berbinar.
Hingga kemudian diusia 8 tahun saya ditugaskan untuk melakukan pidato di sekolah. Pertama kalinya dalam hidup saya berbicara di depan seluruh siswa dan guru. Masih teringat jelas dikepala bagaimana antusiasnya saya saat itu. Meski jantung begitu deg-degan dan tangan mengeluarkan keringat dingin, tapi rasanya begitu bahagia melihat audiens di depan saya. Tepuk tangan mereka seolah menyulut kobaran api semangat.
Di titik itulah saya menemukan hal lain yang membuat lonjakan energi berlipat ganda. Saya masih suka menari, tapi public speaking membuat saya lebih hidup. Saya menemukan potensi lain diri saya.
Menemukan potensi diri memang bukan hal yang mudah. Saya beruntung, bisa menemukan potensi dan passion cukup dini. Sehingga ketika memilih karir, dan menjalani kehidupan saya lebih tahu apa yang saya mau.
Baca Juga : Menemukan Passion Untuk Aktualisasi Diri
Tapi kenyataannya. Tidak jarang, seseorang salah langkah dan harus mulai dari awal lagi. Bahkan tidak jarang, ada yang sampai dewasa belum mengetahui potensi diri sendiri sehingga tidak tahu harus mulai “melangkah” dari mana.
Ketika mungkin kita merasa clueless tentang tujuan hidup, merasa tidak berprestasi, bukan berarti kita tidak memiliki potensi diri. Yang harus diyakini adalah bahwa timing setiap orang memang berbeda-beda. Bisa saja hari ini, bisa saja tahun depan, atau nanti suatu saat ketika anak sudah dewasa. Tidak ada yang terlambat.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menemukan potensi diri?
1. Niatkan diri untuk menjadi lebih baik
“Semua tindakan diawali dari niat.” Kesannya klise mendengar ungkapan ini. Tapi memang dari niat inilah yang menjadi landasan buat kita menemukan potensi dan berubah menjadi lebih baik. Tidak ada kata terlambat. Tidak ada patokan usia, selagi kita meniatkan sesuatu, maka kita bisa berkembang.
2.Mengenali diri sendiri
Langkah selanjutnya yang bisa kita lakukan untuk menemukan potensi diri adalah dengan belajar mengenali diri sendiri. Menemukan diri bukan berarti hanya menemukan potensi kekuatan saja, tetapi juga menemukan keterbatasan kita.
Untuk dapat mengenali diri sendiri, kita bisa menggunakan konsep Jouhary Windows. Kita coba bertanya pada diri sendiri dan orang terdekat mengenai kepribadian, kelebihan dan kelemahan.
Semakin kita mengenali siapa diri kita, pada akhirnya kita juga akan semakin mengerti apa potensi yang dimiliki.
3. Menentukan tujuan
Hidup tanpa tujuan? Hati- hati bisa tersesat.
Sepertinya mustahil bagi seseorang untuk menjalani kehidupan tanpa tujuan. Sebuah tujuan akan menentukan ke arah mana kita akan berjalan.
Tujuan yang kita tetapkan bukan sekedar tujuan besar dan umum seperti “Ingin menjadi orang sukses” ingin masuk surga, ingin jadi orang kaya" atau sejenisnya. Tapi juga tujuan-tujuan kecil yang nantinya juga akan membantu kamu memncapai tujuan besar dalam hidup.
4. Mulai dari hal kecil
Ada sebuah kisah menarik.
Seorang pembuat jam berkata pada jam yang dibuatnya. "Hai jam, apa kamu sanggup berdetik paling tidak 31.104.000 kali selama setahun?"
" Haa....mana saya sanggup?" kata jam terperanjat.
" Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari? tanya si pembuat jam lagi.
" 86.400 kali? Dengan jarum yang ramping seperti ini?"jawab jam penuh dengan keraguan.
" Bagaimana kaalu 3600 kali dalam 1 jam?" tanya si pembuat jam kemudian.
" Dalam 1 jam harus berdetik 3600 kali? banyak sekali itu. Jam masih merasa ragu dengan kemampuannya.
Dengan penuh kesabaran tukang jam berkata lagi pada si jam "Kalau begitu sanggupkah kamu berdetik satu kali setiap detik?"
" Oh, kalau begitu aku sanggup!" kata jam penuh dengan semangat.
Maka setelah selesai dibuat, jam itu berdetik satu kali setiap detik.
Dan tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu,dan sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh jam itu telah berdetik tanpa henti. Dan tanpa disadarinya dia telah berdetik sebanyak 31.104.000 kali.
(kisah dikutip dari sini : https://sites.google.com/site/blognanonano/home/coretan-kisah/kisah-seorang-pembuat-jam)
Ada kalanya kita ragu dalam melakukan sesuatu. Dan merasa hal tersebut terlalu berat. Tapi ternyata setelah kita mencoba, kita bisa melakukannya. Meskipun perlahan, tapi jangan berhenti mencoba dan berusaha. Di sinilah kita membuktikan, bahwa kita dapat melakukan lebih dari yang kita pikirkan.
Proses menemukan dan mengembangkan potensi memang tidak mudah. Kadang kita merasa gagal, adakalanya kita lelah atau mungkin membandingkan dengan kemampuan orang lain. Hal ini wajar. Tapi jangan membuatmu berhenti. Tetap lakukan apa yang sudah kamu mulai walau terasa berat.
Jika merasa kita menemukan kelemahan dari dalam diri. Tenang, hidup ini ekuilibrium/ keseimbangan. Jika kita punya kelemahan pasti ada kelebihan yg juga kita miliki.
Jangan bosan untuk selalu belajar. Cari semangat dari orang- orang yang menyukai hal yang sama dengan kita. Masuk dalam komunitas, berbagi ilmu melalui video, kulwap atau webinar, livestreaming mungkin. Berbagi ilmu dan pengetahuan sedikit yang kita mampu, sebagai bagian dari proses belajar.
Lambat laun kita akan menemukan hal yang kita bisa dan sukai, hal yang kita sukai dan senang melakukannya. Lalu kemudian hal tersebut bisa membawa pada karir yang baik, pencapaian tertentu dan pastinya membuat kita bahagia. Kita menyebutnya dengan passion.
Ada satu kutipan Ali bin Abi Tholib yang saya pegang "Yakin ada sesuatu yang menantimu, setelah banyak kesabaran yang kau jalani. Yang akan membuatmu lupa betapa pedihnya rasa sakit".
***
Naskah podcast ini saya sampaikan dalam salah satu materi orientasi Komunitas Ibu Profesional.
Juga bisa didengarkan dengan klik tombol play di bawah ini.