Selalu ada kecewa dalam limpahan bahagia. Agar tidak terlena dan lupa.
Penghujung Tahun.
Seperti kebanyakan orang, saya kembali membuka buku diary yang tertuliskan resolusi di sana. Saya kembali melihat apakah semua sudah terpenuhi dan kemudian siap merancang misi satu tahun ke depan.
Kembali ke masa lalu sejenak.
Awal 2017 saya masih disibukkan dengan menyeleseikan studi. Harapan saya Januari sudah selesai semua. Hanya saja, kendala kebijakan kampus yang mengharuskan mahasiswa pasca sarjana menerbitkan artikel di jurnal terakreditasi membuat kelulusan saya meleset 2 bulan dari yang saya perkiraan.
Saya bahagia akhirnya dapat selesai 3 semester saja. Meski kemudian dihinggapi kecewa karena pembayaran semester tetaplah harus sampai 4 semester. Nominal yang tidak sedikit cukup menguras tabungan saya. "Semua pasti ada gantinya", batin saya, sambil meringis melihat saldo yang menipis.
Menyelesaikan sekolah ini membuat saya jungkir balik. Mungkin mudah untuk orang lain, tapi cukup berat untuk saya.
Dulu saya ingin melanjutkan sekolah, setelah bangku sarjana selesai saya tempuh. Tetapi kemudian ajakan menikah dari sesorang yang sudah dekat dengan saya selama 7 tahun tidak dapat saya tolak. Namun, saya punya 1 syarat, setelah saya punya anak, saya harus lanjut sekolah.
Tahun 2015 setelah si kecil lahir, suami saya memenuhi janjinya. Dia mengizinkan saya sekolah, bekerja, sembari momong si kecil yang masih bayi. Meninggalkan anak yang saat itu masih 5 bulan bukan perkara mudah. Saya yang masih memberinya ASI, setiap pagi dan malam hari harus memompa payudara agar persediaan ASIP tercukupi. Pagi-pagi saya harus menyiapkan segala perlengkapan dan membawa si kecil ke rumah mama saya untuk dititipkan hingga saya pulang kuliah.
Presentasi sambil gendong anak |
Dari hari Senin sampai Jumat saya terus berkutat dengan kuliah, mengajar, mengerjakan tugas dan mengurusi tanggungjawab rumah tangga. Meski harus jumpalitan, saya sangat bersyukur suami saya mensupport segalanya. Terkadang, beliau harus saya tinggal di rumah sendiri, jika saya begitu kelelahan dan memilih untuk menginap di rumah mama saya. Belum lagi, menghadapi rengekan saya jika Sabtu Minggu minta diajak jalan-jalan sebagai obat kebosanan.
Namun, semua sudah berakhir. Untuk obsesi yang satu ini, saya sudah merepotkan banyak orang. Termasuk mama dan kedua adik saya yang bergantian mengasuh anak saya ketika saya tinggal.
Dibalik perjuangan seseorang, ada orang lain yang turut berkorban.Terima Kasih.
Memonetize Blog.
Setelah lulus, saya meminta izin suami lagi untuk lebih banyak bermain dan bersosialisasi. Suami cukup paham, bahwa menikah diusia 23 dan memiliki anak di usia 24 tahun, membuat tantangan berumah tangga datang lebih awal. Itu mengapa ketika saya ingin bergabung dengan komunitas, beliau tidak melarang.
Bulan Maret 2017 saya bergabung di Komunitas Blogger Solo dan Kumpulan Emak Blogger Solo. Melalui 2 komunitas itu, hobi saya menulis blog tersalurkan dengan baik. Saya juga berkenalan dengan banyak orang baru.
Aktivitas momotret produk bersama rekan Blogger Solo |
Awalnya saya menulis blog sebagai media dokumentasi aktivitas pekerjaan saya ketika menjadi penyiar dan reporter radio. Agar pengalaman tersebut tersimpan dalam bentuk tulisan. Namun, sejak mengenal komunitas blogger, saya mulai memonetize blog. Membuat blog saya menjadi lebih profesional.
Sayapun tidak ragu untuk bergabung dengan komunitas blogger berskala nasional. Sejak itulah, berbagai tawaran kerja sama masuk. Mulai dari campaign bagian dari promosi suatu merek, content placement, content creation, dan product endorser. Belum lagi undangan event mulai banyak yang berdatangan. Bukan hanya dari berbagai instansi/ perusahaan di Solo, tetapi juga luar kota.
Nominal pendapatan dari aktivitas menulis blog dan social media ini terbilang lumayan, terutama untuk saya yang mulai menjalankan blog di lini komersial. Hobi ini menjanjikan.
Saya sangat bersyukur bertemu dengan banyak teman yang menyenangkan. Mereka memotivasi agar saya selalu merawat blog ini dengan baik. Blogging selalu menjadi hiburan disela-sela mengerjakan tugas kantor dan mengurus keluarga.
Riska dan Si Gembul
Bulan Juni, adalah kali pertama serial Riska dan si Gembul diputar di MNC TV. Salah satu serial animasi, dimana saya menjadi dubber karakter utamanya bernama Riska.
Meski menjadi dubber dan voice over talent adalah pekerjaan yang sudah saya geluti sejak 10 tahun lalu, namun ini kali pertama suara saya muncul di televisi. Saya senang mendapatkan pengalaman baru ini. Selain sebagai pengisi suara, saya juga menyanyikan theme song serial ini, serta turut menyumbang sebagai penulis cerita untuk beberapa episode.
Baca Juga : Riska dan Si gembul, Animasi Karya Anak Negeri
Selain di televisi, serial Riska dan Si gembul saat ini juga dapat disaksikan di kanal Youtube.
Ah, ya,,,salah satu fans saya adalah anak saya sendiri. Terima Kasih Nak..
Duta Cerita, Mengenal Keberagaman
Bertemu dengan teman-teman yang beragam, salah satu yang saya cita-citakan. Meski singkat hanya melalui workshop selama 3 hari, saya bertemu dengan Duta Cerita.
Bersama rekan Duta Cerita |
Duta Cerita adalah program iklusivitas yang digagas oleh Yayasan Habibie Center. Melalui program ini saya beremu dengan banyak orang dari lintas suku, agama dan ras. Kami saling bertukar pikiran dan bercerita. Menghargai perbedaan dan menguatkan keyakinan bahwa kami semua adalah Indoneisa. Tidak selayaknya bermusuhan, karena takdir kita memang beragam. Unity in Diversity.
Baca Juga : Duta Cerita, Belajar Memaknai Perbedaan
Kekecewaan Sebagai Bagian Pelajaran Hidup
2 Bulan terakhir di tahun 2017 lebih banyak diisi dengan aktivitas mengajar di kampus. Khususnya dikelas manajemen event yang saya ampu. Saya membimbing 9 kelompok untuk melaksanakan tugas membuat event yang berbeda-beda. Sekali lagi saya bersyukur, event-event mahasiswa berjalan dengan baik. Goal untuk mendapatkan publikasi dari media massa juga dapat teraih.
Ironisnya, setelah saya mengevaluasi kinerja saya selama 1 tahun ini, saya harus mengakui bahwa beberapa lini usaha saya tidak berjalan mulus. Event organizer saya misalnya.
Target bulanan yang harusnya diraih ternyata tidak dapat dicapai. Beberapa klien yang mencoba mendekat, akhirnya pergi tanpa pamit, juga tanpa ada kesepakatan yang terjadi.
Baca Juga : Menanam Pohon Bersama Adik-adik SLB Surakarta
Pernah ada 1 event saya gagal total. Bahkan, setelahnya saya menangis semalaman. Berpuluh kali mengerjakan event ulang tahun, baru kali ini saya salah menuliskan nama anak yang berulang tahun pada MMT Backdrop. Tentu saja sang tuan rumah marah besar. Saya tidak dapat berbuat apa-apa, karena waktu yang sudah mepet dimulainya acara.
Saya merasa begitu bodoh.
Pengalaman ini begitu menyesakkan jiwa hingga saya ngambek dan takut menerima job yang sama. Karena kecerobohan ini saya harus membayar mahal. Bukan hanya malu tetapi juga nama baik. Pelajaran berharga dalam hidup saya untuk lebih teliti dan berhati-hati seberapa tinggi jam terbang yang dimiliki.
Ya, 2017 telah berakhir. Saya bersyukur seluruh keluarga diberikan kesehatan. Alhamdullilah, tahun ini menyenangkan. Dan seperti biasa tidak ada perayaan dan kembang api dipergantian tahun.
Malam tahun baru kami tidur di rumah seperti biasa. Tidak ada pesta. Kami sudah kekenyangan hanya dengan memesan nasi goreng bakso kesukaan. Meski kemudian tetap bangun kesiangan. Seolah-olah ikut begadang.
Tahun 2018
Banyak cita-cita seperti biasa. Namun, saya ingin sekali menyelesaikan menulis buku. Diperam, namun tak matang-matang. Jelas saja, karena tidak dikerjakan. Mohon doanya semoga segera paripurna. Buku ini seperti hutang yang harus segera dibayar.
Di tahun ini saya ingin terus menulis blog. Saya begitu mencintai kegiatan ini. Menulis seperti self healing. Jika saya sedang sedih, menulis bagai obat penghibur. Dan kemudian menjadi bahagia jika kemudian invoice klien telah cair. :)
Awal tahun ini saya juga akan terlibat dalam kelas Institut Ibu-Ibu Profesional Solo Raya. Saya sudah tidak sabar ingin belajar banyak hal baru dan bertemu dengan kawan-kawan baru. Tentu saja suami saya mendukung sepenuhnya. "Bersenang-senanglah, namun tetaplah jadi ibu dan istri sepenuhnya," pesan dari suami saya.
Semoga di tahun 2018 kita semua selalu diberi limpahan kesehatan dan perlindungan. Apapun yang kita cita-citakan dapat bermanfaat untuk banyak orang.
31 Desember 2017
Di bawah lampu temaram