Voice over selalu dibutuhkan, apalagi di era digital seperti sekarang. Informasi nggak cuma lewat TV dan radio, social media juga dinilai efektif dan efisien secara biaya. Beruntunglah para voice over talent (VOT), kesempatan dapet duit jadi terbuka lebar. Iya kah?
Minggu, 19 April 2020 saya ngeIG LIVE bersama Budi Pasadena, seorang sound engineer audio post production. Untuk kerjaan saya sebagai VOT, secara teknis produksi selalu di backup oleh Mas Budi untuk hasil yang maksimal. Beliau tahu betul karakter suara saya dan memolesnya dengan lebih baik biar klien puas.
Salah satu obrolan kami berdua kemarin adalah tentang "menentukan harga jasa voice over talent". Kayaknya emang kegelisahan para pekerja industri jasa (dalam kasus yang saya alami yakni blogger, vo talent, MC, pembicara dan event organizer), suka pusing kalau ditanya "rate"nya berapa. Lha, gimana sih, masak nggak bisa ngukur besaran modal + untung = harga jual ? Tapi, memang susah, ada rasa layak nggak layak di jual segini..takut kemahalan, takut kemurahan..begitulah..
Saya sudah pernah bahas di podcast The Late Brunch with Sara, gimana cara menentukan harga jual produk jasa. Klik play bottom di bawah untuk mendengarkan
Tapi kali ini saya mau fokus ngomongin harga jasa VOT. Voice over sendiri adalah suara manusia yang direkam untuk melengkapi sebuah gambar statis, gambar bergerak, maupun berdiri utuh sebagai produk audio. Iklan di TV dan radio, company profile adalah contoh sederhana produk audio dan audio visual yang membutuhkan jasa voice over talent. Termasuk juga vlog atau video di youtube pada umumnya.
Sebelum ngomongin harga, perlu di pahami dulu bahwa nggak ada istilah suara bagus = harga mahal.
Karena di dunia voice over, nggak ada istilah SUARA TERBAIK, yang ada adalah suara yang sesuai kebutuhan klien. Setiap suara itu unik dan punya pasar masing- masing. Kaya suara saya, kuat di karakter muda dan cheerfull. Coba disuruh jadi ibu- ibu bijaksana, sering gagalnya..
Jadi, sebelum niat menjual suara, pahami dulu karakter suara kita masing- masing.
Setelah itu, kalau memang ingin fokus sebagai VO talent, buat katalog suara sebagai media promosi. Klien nggak bakal tahu kalau kita jual skill
voice over kalau nggak ada
sample voicenya. Jadi rekam suara dengan baik. Nggak perlu beli alat rekaman dulu, coba aja pakai jasa studio rekaman. Biayanya murah kok sekitar Rp 100.000/ jam. Bisa buat ngerekam banyak naskah dengan variasi karakter yang beda- beda.
Kalau sudah mantab mau jualan suara, nah berikut ini adalah beberapa pertimbangan yang saya lakukan ketika kasih HARGA ke klien.
Intinya sih, nggak ada harga pedoman baku. Fleksibel sesuai VO talent itu sendiri. Kalau klien tanya harga, saya akan minta mereka kirim naskahnya dulu.
1. Cek karakteristik naskah
Setelah terima naskah dari klien, cek berapa jumlah katanya, berapa durasi yang diinginkan klien, disitu kita punya gambaran seberapa cepat tempo membaca naskah tersebut. Kalau klien mau kasih gambar atau video yang akan kita isi suaranya, akan lebih baik. Kalau menemukan banyak istilah asing, maka cek dulu bagaimana pengucapannya agar tidak keliru. Tanyakan juga ke klien karakter suara seperi apa yang diinginkan.
Sehingga VO talent ketika bekerja akan tahu mau seperti apa mengintrepretasikan naskahnya.
Bisa dibilang ini adalah proses riset naskah. Sebelum naskah dibaca, seluruh data kebutuhan klien kita sudah paham.
2. Hitung semua modal yang dikeluarkan
Bukan cuma talent "bersuara" yg dibayar. Tapi pembiayaan jasa recording, editing, hingga proses mengkonversi audio sesuai platform yang diinginkan. Voice over ini akan diputar di media apa? Apakah sosmed, TV, layar lebar, radio, atau media suara lainnya. Semua kegiatan produksi di hitung biayanya.
Apalagi kalau VOT belum punya studio yang proper, pasti akan ada biaya tambahan sewa studio, dll
3. Perhatikan durasi kerja
Beberapa klien meminta waktu pengerjaan yang singkat. Semakin singkat tentu biayanya akan semakin mahal.
Lihat juga ketersediaan jadwal kita. Kalau memang tidak ada waktu, jangan memaksakan diri. Karena kalau dipaksakan, justru proses produksi jadi nggak nyaman, dan bikin banyak kesalahan. Kalau entar banyak revisi kan rugi..
4. Identifikasi klien
Tentu rate klien perusahaan multinasional bakal beda dengan UKM/ UMKM. Selain lebih detail, perusahaan gede juga sering improvisasi di tengah project.
5. Ada harga untuk partai besar
Udah kaya grosiran baju aja ya? hehe
Karena memang industri jasa itu fleksibel, maka kalau ketemu proyek yang buanyak dan berkesinambungan (long term project) harganya juga bakal beda daripada yang eceran.
6. Masukkah biaya revisi
Ada atau tidak revisi, masukkan pembiayaan untuk revisi. Beberapa klien ada yang semau gue. Suara udah direkam, eh naskah di revisi buanyak banget, terus harus rekam ulang. Secara kasar, harusnya klien bayar 2 kali karena kita rekam suara 2 kali. Tapi banyak yang nggak mau dengan model demikian.
Kalau saya sih ambil kebijakan gini, harga yang saya tawarkan itu sudah termasuk revisi 1 kali. Semua udah dihitung di depan. Baru kalau nanti ada revisi ke 2, ke 3 dan seterusnya, akan dikenakan biaya sesuai banyak tidaknya revisi yang dilakukan.
Itu tadi adalah beberapa pertimbangan dalam menentukan harga
voice over. Nah, ada beberapa catatan tambahan yang saya lakukan
1. Ada minimal rate
Misal saya menentukan rate tiap 1 kata adalah 2000 rupiah. Lalu ada naskah 100 kata. Kalau hitungan lurus 100 kata x 2.000 = Rp 200.000
Tapi saya nggak akan terima dengan budget 200ribu, karena ada minimal rate untuk kerja sama dengan saya. Katakan 500 ribu.
Jadi walau jumlah kata cuma 100, klien tetap harus membayar 500ribu.
2. Minta down payment
Berdasarkan pengalaman ketemu klien yang nyebelin, menerima down payment sebelum mulai mengerjakan proyek itu penting. Minimal 50% DP di tangan baru kita mulai ngerekam suara. DP itu udah bisa mengcover biaya produksi kalau sewaktu- waktu klien berhentiin proyek dan ngilang entah kemana.
3. Beri watermark
Setelah suara kita rekam, jangan langsung dikirim ke klien. Beri watermark dulu. Setelah klien cek dan nggak ada revisi, minta klien untuk melunasi pembayaran. Setelah pembayaran selesai maka file "clean" siap dikirimkan.
4. Tidak menerima hutang
Artinya, kalau mau terima file voice over jadi, ya pembayaran harus lunas. Sesederhana itu.
Selama 13 tahun menjalani profesi voice over talent, memang nggak selalu manis dan sesuai SOP. Kadang ketemu klien yang sembarangan juga. Maka, apa yang saya sampaikan di atas adalah hasil dari proses kerja sama selama ini. Saya buat ketentuan tersebut akan semua senang, semua tenang dan pembayaran lancar..
Semoga membantu ya teman- teman..
See you on the next blogpost.
Thank you,