Belajar Bicara dengan Mendengar, Membaca dan Menulis

6.6.22

 

“Ngomong itu nggak doang!” kalau kata Pandji Pragiwaksono, sosok yang mungkin lebih dikenal sebagai komika, tapi juga wara- wiri mengisi berbagai kelas public speaking.

Setelah lebih dari 15 tahun berkarir di bidang komunikasi, dan suka public speaking sejak kelas 3 SD, saya sadar betul bahwa buat bicara yang “bener” kita perlu menajamkan dan asah skill yang lain.

- Mendengar/ menyimak ✅
- Membaca ✅
- Menulis ✅


Kecerdasan berbahasa tidak hanya diukur dari cakapnya berbicara. Buktinya, berapa banyak orang kepleset bertutur, membuat konten tapi tak beretika, tampil di publik tapi tidak layak jadi panutan.

Ngomong, TAPI nggak mau MENDENGAR
: jadi egois, maunya selalu didengar, minim empati, berpikiran tertutup.

Ngomong, TAPI nggak mau MEMBACA
: tong kosong berbunyi nyaring. Yang diomongin nggak ada isinya, minim referensi.

 Ngomong, TAPI nggak mau MENULIS
: yang disampaikan berantakan, tidak terstruktur rapi dan efektif.


Maka, buat siapapun yang belajar untuk berbicara efektif (termasuk saya sendiri) jalan terbaik untuk memulai adalah dengan mendengarkan. Asah ketajaman telinga untuk peka terhadap lingkungan, buka mata untuk adaptif terhadap siapa yang kita hadapi. Perluas wawasan dengan rajin membaca, dan tuangkan pemikiran melalui tulisan untuk mengikatnya. Sehingga ketika pada akhirnya berkomunikasi secara lisan, apa yang kita sampaikan tidak sembarangan, pun tidak menyakitkan, apalagi merugikan.


Solo, 5 Juni 2022
 

See you on the next blogpost.







Thank you, 

1 comment on "Belajar Bicara dengan Mendengar, Membaca dan Menulis"

You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)

Auto Post Signature