Solidaritas dari Aceh Sampai Papua Barat di Writingthon Asian Games 2018

16.8.18
WRITINGTHON ASIAN GAMES

"Wah, pengen deh tinggal di Jawa", ujar seorang gadis yang sedari di Bandara Soekarno Hatta duduk di samping saya. Pun setelah kami berada di bus untuk membawa ke hotel, kami masih duduk berdampingan. Namanya Vira Nadia, salah seorang peserta Writhingthon Asian Games dari kategori pelajar/ mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat. Pembawaannya yang ceria berhasil menghilangkan penat dalam obrolan kami yang mengalir. Ke Jakarta ini tidak ubahnya bonus untuk Fira yang berhasil ujian skripsi di hari sebelumnya.

Siapa yang tidak senang? Writhingthon Asian Games  yang diselenggarakan oleh Kemkominfo dan Bitread ini berhasil mempertemukan saya dengan Triana Wulandari. Gadis berhijab yang duduk di semester 5 jurusan Sastra Inggris ini datang dari Sulawesi Barat. "Dari mana mbak?" tanya saya ketika mulai menyapanya.  "Mamuju, jawabnya", jawabnya. Ternyata saya harus belajar lagi geografi. Saya tidak tahu Mamuju di mana. Untungnya, Triana menjadi kawan sekamar saya. Maka berkenalanlah saya dengan Mamuju. Ibu kota dari provinsi baru di Indonesia. 

WRITINGTHON ASIAN GAMES
Bersawa Mbak Triana Wulan dari Sulawesi Barat

Kami berdua terus asyik mengobrol hingga sesi makan malam tiba. Setelah proses registrasi dan pengambilan goodie bag, kami mencoba menikmati beberapa kudapan. Sambil duduk manis di meja yang disediakan, saya duduk bersebelahan dengan Mbak Damar. Ini kali pertama saya bertemu dengannya. Meski beberapa kali menyapa lewat social media. 

Mbak Damar Nur Aisyah mewakili DKI Jakarta. Itu mengapa dia berhasil datang lebih awal di Hotel Millennium, Jakarta Pusat tempat kami para peserta Writingthon Asian Games menginap. Sambil menyantap makan malam, kami bergoship mengeniai dunia per -blogger-an. Profesi ini memang menyenangkan. Dari tulisan berhasil mempertemukan kami dengan banyak kesempatan. Bukan cuma menambah penghasilan tapi juga jejaring pertemanan.

"Kamu kenal si ini, si itu, si dia", tanya seorang blogger yang duduk di samping saya. "Kenal dong, Mas", jawab saya. Ternyata teman dia, teman saya juga. Kadang-kadang dunia memang mempertemukan orang yang berada di satu lingkaran yang sama. Kami berdua juga sesama nara blog. Meski berasal dari tempat yang berjauhan, toh, bisa juga saling mengenal. Namanya Mas Ubaidillah dari Aceh, salah seorang seorang techno blogger yang tulisannya bisa di baca di bairuindra.com.

WRITINGTHON ASIAN GAMES


Baca Juga : Kampung Asian Games di Kota Solo. Penuh Warna, Banyak Cerita


Waktu berjalan terasa cepat. Seusai makan malam kami segera masuk ke Teratai Room. Di sinilah saya bekenalan dengan peserta lainnya. Beberapa bangku terlihat penuh terisi. Sayapun memilih bangku paling depan yang ternyata masih kosong. Duduk di samping saya, seorang lelaki asal Yogyakarta. Namanya Sarif Hidayat. Tubuhnya yang jangkung dan pembawaannya yang lucu menjadi teman berbagi cerita mengenai aktivitas menulis kami. 

Saya sempat membaca beberapa tulisan di blognya yang mengulas banyak tulisan tentang pelari. Ternyata Mas Sarif, yang memiliki ukuran sepatu 41 ini adalah seorang pelari jarak jauh yang hobi mengikuti lomba marathon. Lelaki yang bekerja di perusahaan IT ini terlihat bersemangat menceritakan perjalanannya yang panjang hingga berhasil menjadi salah satu peserta Writingthon Asian Games ini.

Ketika mengikuti kompetisi Writingthon ini, saya mengangkat tentang Kampung Asian Games di Solo. Proses riset data bisa dilakukan dengan mudah dan menyenangkan. Tantangan justru hadir ketika saya akan berangkat ke Jakarta. Saya harus meninggalkan anak yang dalam kondisi tidak begitu sehat. Tetapi keputusan sudah di buat. Kehadiran saya di Writingthon Asian Games ini adalah bagian dari tanggungjawab profesi dan komitmen.

Solidaritas dari Aceh sampai Papua Barat 

Kalau menang berprestasi
Kalau kalah jangan frustasi
Kalah menang solidaritas
Kita galang sportifitas (Meraih Mimpi, Theme Song Asian Games 2018) 

Belum 24 jam saya bertemu dengan berbagai peserta yang berasal dari seluruh Indonesia, namun saya merasakan apa itu solidaritas. Tawa kami yang pecah, perlahan membangun rasa kebersamaan, rasa kesatuan dan simpati sebagai bagian dari Wringthon Asian Games 2018 ini. Saya jadi mengenal Mbak Maria Frani Ayu yang seorang perawat kesehatan jiwa yang datang jauh-jauh dari Manila, Filipina. Juga Mas Johan A Rahman dari Papua Barat dan Mas Rahmat Hidayat dari Maluku.

Masing-masing dari kami membawa cerita. Cerita tentang rasa bahagia dan kebanggaan. Sebuah energi positif yang kami coba tuangkan dalam bentuk tulisan. Tulisan yang kami harapkan mampu membawa pesan solidaritas sebagai Bangsa Indonesia.

Beberapa di antara kami pasti masih sibuk mengetik hingga larut malam. Sebuah tantangan menulis dari panitia harus berhasil kami taklukan. Bukan soal siapa yang menang, tetapi kami belajar sportivitas.

Sportivitas juga lah yang kami harapkan selalu dijunjung di acara Asian Games 2018. Puluhan ribu tamu dari Asia akan datang ke Indonesia. Dalam spotlight berbagi media dunia, penting bagi kita untuk terus #DukungBersama agar ajang ini berjalan dengan baik dan lancar. 18 Agustus 2018 akan menandai dimulainya pertandingan yang melibatkan 39 cabang olah raga ini hingga nanti berakhir di tanggal 2 September 2018.

Baca Juga : Ini 5 Hal Keren Asian Games 2018 yang Kamu Harus Tahu


Saya masih ingat betul apa yang disampaikan Pak Andi dari perwakilan Kemkominfo saat memberi sambutan. Bahwa acara Asian Games ke 18 ini haruslah menjadi kebanggaan kita bersama. Terlebih ini adalah kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah. Semangat sportivitas harus kita gaungkan. Juga dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, salah satunya melalui social media. Tentu penting kita sebagain tuan rumah untuk selalu menyebarkan pesan-pesan positif dan ajakan kebaikan melalui konten yang kita tulis.

WRITINGTHON ASIAN GAMES

Sebuah kutipan dari Mbak Natalia Tabuni, peserta Writington Asian Games yang berasal dari Papua berhasil menggetarkan hati saya. 

Hitam bukan Kelam. Keriting bukan rusak. Hitam dan kering adalah martabatku.

Apa yang disampaikan Mbak Natalia menyadarkan saya akan kebanggaan menjadi Indonesia. Tidak perlu saling mengolok, tidak perlu saling mengumpat. Namun marilah melalui ajang Asian Games 2018 ini kita membuktikan pada dunia, bahwa kita penuh percaya diri dan mampu menjadi yang terbaik.


Akhirnya, Writingthon Asian Games yang diadakan tanggal 15- 18 Agustus 2018 ini bukan sekedar apresiasi bagi kami para pemenang kompetisi menulis. Namun inilah kesempatan untuk mengenal diri kami sebagai bagian dari Indonesia. Melalui perwakilan masing-masing provinsi, kami belajar mengenai keberagaman, toleransi, persatuan dan semangat kebersamaan.

Karena, siapa kita? Indonesia!


16 Agustus 2018
Kamar 1215, Millennium Hotel, Jakarta


Let's be friends!

Instagram | Facebook | Twitter

See you on the next blogpost.

Thank you,

2 comments on "Solidaritas dari Aceh Sampai Papua Barat di Writingthon Asian Games 2018"

You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)

Auto Post Signature