Emotional Wellbeing and Mental Health di The Late Brunch with Sara Neyrhiza

1.1.20


MENAJAGA KESEHATAN MENTAL


Hay,

Ini postingan pertama di tahun 2020. Alhamdulillah, masih dapat kesempatan untuk bisa menulis dan menuangkan isi pikiran dalam rumah dunia maya ini. Semoga kamu yang sedang membaca tulisan ini dalam kondisi sehat lahir batin.

Ngomongin soal kesehatan, memang setahun terakhir saya fokus dengan masalah kesehatan fisik. Mulai rajin lari, dan mengurangi asupan gula. Tetapi, rasanya saya tidak memberikan perhatian khusus dengan kesehatan mental.

2019 boleh dibilang tahun yang sibuk. Saya mencoba melakukan banyak hal dan bertemu banyak orang baru. Ketika kemudian mengambil tanggungjawab lebih, ada saat di mana saya betul-betul merasa kelelahan. Secara emosi, saya menjadi mudah tersinggung. Merasa banyak hal yang bekerja tidak sesuai kemauan saya. Jika hal ini berlarut, saya mulai merasa tidur tidak nyenyak dan pada akhirnya badan saya jatuh sakit. 

Dulu, saat saya muda, rasanya saya bisa melakukan banyak hal dengan optimal. Tapi yang saya sadari sekarang, dengan bertambahnya usia saya harus semakin bijaksana dalam mengatur prioritas. Kapan harus bekerja, kapan ngurusin keluarga dan kapan bersenang-senang dengan diri sendiri.

Apa yang saya alami, ternyata tidak saya rasakan sendiri. Para perempuan, yang sudah berkeluarga pada khsuusnya, sering mengalami kelelahan dalam melakukan berbagai rutinitas pekerjaan. Rasanya selalu saja ada hal yang harus dikerjakan dan mengganggu pikiran.

Jika perasaan lelah ini didiamkan saja, bukan tidak mungkin berubah menjadi bom waktu yang siap meledak. Jika demikian, siapa yang jadi korban? Tentu saja diri sendiri dan keluarga.

Maka, di awal tahun 2020 ini saya ingin mengajak siapapun perempuan dengan segala kesibukan dan rutinitas hariannya, sempatkan sejenak untuk mengafirmasi diri sendiri. Lihat diri sendiri apa yang kita inginkan, syukuri apa yang kita miliki, lalu kemudian bersemangat meraih apa yang di cita-citakan.

Ketika beberapa waktu lalu mendengar public figure Korea yang melakukan bunuh diri, saya mencoba mencari tahu apa yang ada di dalam pikiran mereka. Betapa kelelahan dan perasaan sendiri dapat begitu menyiksa. Yang kemudian melahirkan perasaan tidak dibutuhkan atau mungkin tidak berguna.


Menjaga Kesehatan Mental


Membuka 2020 ini mari bersama-sama lebih optimis menatap hari depan. Jika memang kita merasa sedang tidak baik-baik saja, cobalah untuk menemukan seseorang yang dapat kita ajak bicara. Temukan sesorang yang menjadi tempat untuk berbagai cerita, termasuk soal kesedihan yang kita rasakan.

Mencoba memahami apa itu kesehatan mental, saya meminta rekan saya Claudia Rosari Dewi, S. Psi, seorang Mental Health and Mindfulness Enthusiast dan Founder of "Beyond Yourself" - 
A Psychological Movement, untuk memaparkan lebih jauh bagaimana menjaga kesehatan mental dan mendeteksi gangguan mental yang terjadi pada seseorang. 

Obrolan bersama  Claudia Rosari Dewi, S. Psi saya tuangkan dalam podcast The Late Brunch with Sara Episode 10 yang dapat kamu dengarkan DI SPOTIFY




Pada akhirnya saya belajar bahwa kita harus selalu peduli pada hidup yang kita miliki. Tuhan melalui tubuh kita baik fisik maupun mental, akan mencoba memberikan peringatan jika ada yang tidak berjalan dengan baik. Bisa dilihat dari kualitas tidur, kontrol terhadap emosi, maupun tanda-tanda fisik seperti cepat lelah, pusing, meriang dan lain sebagainya.



Ada beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk take care of ourselve secara mental.

1. Bicara dengan diri sendiri 

Tidak ada salahnya kita mencoba merefleksikan diri, mengakui apa yang kita pikirkan dan rasakan. Kadang kita terlalu gengsi bahkan kepada diri sendiri. Untuk apa? Bukankah yang paling mengenal kita ya cuma kita sendiri. Maka cobalah untuk berdiam barang sejenak. Kamu pengen apa sih? Kamu kenapa sedih? Kamu kenapa marah?

2.Selau aktif beraktivitas

Jangan biarkan diri kita tidak melakukan apapun dalam waktu yang cukup lama. Saya merasakan betul saat beberapa hari awal setelah melahirkan, saya merasa begitu useless karena tidak bekerja, dan sibuk dengan urusan menyusui, mengganti popok dan lainnya. Hingga lambat laun saya sadar, bahwa otak dan fisik saya harus bergerak, berpikir dan menghasilakn sesuatu.

Mulailah dengan melakukan hobimu atau mungkin berjalan bahkan hanya keluar ke mall, buat dirimu berkeringat.

3. Makan sehat

Rasanya jika kita mengenyangkan perut dengan berbagai junkfood, tubuh seolah memberi sinyal bahwa kita memasukkan sampah. Tubuh terasa berat, dan mungkin juga kita jadi mengantuk berlebihan. Mengapa tidak mencoba memulai hidup lebih sehat. Makan secukupnya, penuhi konsumsi sayur buah dan asupan air.

4. Keep in touch

Tidak ada yang lebih mnyedihkan daripada kesendirian. Maka, mari coba menjaga mental kita tetap sehat dengan terus berinteraksi dengan orang lain. Mencoba bergabung dengan komunitas, mengontak teman lama, atau jangan melewatkan obrolan kala makan siang dengan rekan kerja. Bertukar cerita menjadi asupan bagi jiwa.

5. Terima diri kita apa adanya

Salah satu yang membuat lelah berlebih adalah rasa ingin memeiliki sesuatu yang tidak kita miliki. Menerima kelemahan bukanlah perkara mudah. Namun, hal ini yang akan membuat hidup kita lebih sederhana dan jujur. Pada akhirnya, potensi yang kita miliki akan lebih terlihat. Jika kita mengakui siapa diri kita yang sebenanrya.

6. Take a break

Jika dunia sudah terlalu melelahkan, cobalah untuk menarik diri sejenak. Istirahat. Ambil jatah liburan ke tempat yang kamu inginkan. Beli barang yang kamu impikan. Atau sekedar rebahan di kamar tanpa memikirkan tanggugnjawab pekerjan. See? Jujur saja hal ini sulit dilakukan oleh para ibu. Kami bekerja 24 jam setiap hari.

Maka, komunikasikan dengan suami atau keluarga, bahwa sometimes you need your time for youself a.k.a me time.

7. Minta pertolongan

So, jangan ragu untuk meminta pertolongan, Jika kamu sedang kelelahan, kamu sedang sedih berlarut-larut. Kamu butuh teman. Mintalah pertolongan. Karena kita hanya orang biasa. If things are getting too much for you and you feel you can’t cope, ask for help. Your family or friends may be able to offer practical help or a listening ear.

Selamat menjaga mental kita. Percayalah kita tidak sendirian dan semua akan baik-baik saja.

Talking about your feelings can help you stay in good mental health and deal with times when you feel troubled.

Mendengarkan episode The Late Brunch lainnya, di bawah ini

MEMBANGUN PERSONAL BRANDING

Bagaimana Cara Membangun Personal Branding? Dengarkan di sini

MENGATASI BULLYING PADA ANAK

See you on the next blogpost.






Thank you, 

2 comments on "Emotional Wellbeing and Mental Health di The Late Brunch with Sara Neyrhiza"
  1. Terima kasih atas sharingnya mba :D

    Memang lately informasi soal kesehatan mental sangat diperlukan, dan saya berharap semakin banyak orang yang punya awareness terhadap hal serupa. Luckily, sekarang semakin mudah untuk kita mengakses informasi lebih jauh soal info-info related to kesehatan mental. Entah dari IG, blog dan juga podcast seperti yang mba buat. Keep sharing ya mbaaaa :>

    Will listen it soon, thank you!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, semoga bermanfaat. Memang rasanya jika berbicara kesehatan mental, banyak dari kita yang tidak cukup peduli. Padahal betul, di dalam mental yang kuat ada fisik yang sehat, begitu pula sebaliknya.
      Semoga sedikit informasi di podcast ini bisa menambah wawasan

      Delete

You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)

Auto Post Signature