Kelas Inspirasi Solo, Sehari Mengajar Selamanya Menginspirasi

6.8.18

SARA NEYRHIZA
Sumber : Kelas Inspirasi. Fotografer : Reza P. Islam
Masih ingat nggak, ketika kecil dulu, kita sering ditanya apa cita-cita ketika dewasa nanti. Dan biasanya, profesi dokter menjadi pekerjaan yang paling banyak diminati. Bukan hanya karena membantu menyelamatkan nyawa orang lain. Namun, juga harapan bisa kaya raya dari profesi dokter tersebut. Saat itu rasanya kita belum memahami bahwa proses menjadi dokter sangatlah panjang dan tidak mudah.

Tidak terbayangkan oleh saya dulu, bahwa ada pekerjaan bernama blogger, youtuber, vlogger, content creator dan pekerjaan era milenial lainnya. Dan ternyata profesi ini berhasil dicita-citakan anak kecil  zaman sekarang. Salah satu motivasinya bisa menjadi terkenal dan punya banyak uang. Atau minimal menerima banyak endorse. Seperti Nuraini dan Bowo Alpenliebe, misalnya. Okey, mungkin seperti Raditya Dika, Chandra Liow atau Agung Hapsah.

Sama seperti saat kecil dulu, saya pernah bercita-cita menjadi juru bicara kepresidenan. Ingin juga menjadi diplomat. Tetapi ternyata ketika kuliah, tidak sedikitpun saya tertarik bidang Hubungan Internasional. Justru dunia media massa yang lebih menjadi passion dan mulai saya geluti sejak SMA. Maka kemudian jurusan Ilmu Komunikasi yang saya pilih di bangku perkuliahan.

Tanpa Inspirator dan Mentor


Setelah saya dewasa, saya tidak pernah menyangka bahwa perjalanan karir saya hampir semua linier. Saya menemukan connecting dotnya. Mulai dari hobi, pendidikan, passion hingga pekerjaan saling terhubung satu sama lain. Saya bersyukur karenanya.

Namun di sisi lain saya menyadari sesuatu hal yang saya tidak miliki. Sejak kecil saya tidak punya inspirator dan mentor yang mempu memberikan wawasan karir untuk masa depan. Terlahir dari keluarga pedagang, keluarga saya selalu berfokus bagaimana caranya mencari uang untuk hidup dan makan. Tidak ada visi untuk berprestasi apalagi mengejar karir. Yang penting bisa makan.

Salah satu orang yang akhirnya membuka wawasan saya adalah pacar saya (suami saya sekarang) yang saya kenal sejak bangku SMA. Beliau yang tujuh tahun lebih tua dari saya, ternyata mampu  memberikan sudut pandang lain tentang kehidupan. Dukungan dari beliaulah yang pada akhirnya membuat saya lebih berani dalam menentukan pilihan. Termasuk memilih profesi  saat ini.

Saya rasa apa yang saya alami banyak juga dialami oleh orang lain. Bahwa, masih sedikit orang tua, guru atau lingkungan pendidikan formal yang memberikan dorongan karir untuk anak dan anak didiknya di masa depan. Setiap hari kenyang akan mata pelajaran, namun kita tidak yakin akan jadi apa  nantinya ketika lulus sekolah. 

Maka, tidak kaget kan ketika melihat jumlah sarjana pengangguran semakin banyak? Bukan karena mereka tidak memiliki skill, tapi lebih pada mereka terlambat menemukan jati diri. Ingin jadi apa. What Do You Do And Look Like In The Future? 

Turun Tangan Untuk Berkontribusi

KELAS INSPIRASI SOLO

Berkaca dari pengalaman hidup yang saya lalui, ingin rasanya adik atau bahkan anak saya tidak mengalaminya. Saya ingin mereka lebih dini mengenal potensi dan bakat yang mereka miliki.

Perasaan ini juga memantik banyak kaum profesional lainnya. Keinginan besar untuk mampu lebih dekat berkontribusi terhadap masyarakat, terhadap anak-anak yang punya mimpi besar. Maka hadirlah Kelas Inspirasi untuk menjawab tantangan ini. Tantangan untuk berkontribusi pada pendidikan di Indonesia.  

Kelas Inspirasi pada mulanya digagas oleh teman-teman Indonesia Mengajar. Program Kelas Inspirasi mengajak para profesional dari berbagai latar belakang  untuk mengunjungi dan mengajar siswa-siswi Sekolah Dasar selama satu hari pada Hari Inspirasi.

Para profesional yang disebut relawan pengajar atau Inspirator ini berinteraksi di sekolah untuk berbagi cerita dan pengalaman kerja serta memberi motivasi untuk meraih cita-cita tinggi kepada para siswa. 

Kelas Inspirasi 6 Kota Solo

KELAS INSPIRASI KOTA SOLO
Bersama rekan Inspirator lainnya. Sumber : Kelas Inspirasi. Fotografer : Nasr

Ini adalah kali keenam Kelas Inspirasi diadakan di Kota Solo. Meski sudah tahu sebelumnya, tetapi baru tahun ini saya berkesempatan untuk terlibat.

Untuk menjadi relawan pengajar, saya mendaftar terlebih dahulu melalui formulir yang disediakan oleh Solo Mengajar. Kita dapat memilih untuk berkontribusi sebagai Inspirator (orang yang mengajar) atau Dokumentator ( fotografer dan videografer yang mendokumentasikan kegiatan). Setelah proses seleksi yang dilakukan panitia, maka selanjutnya komunikasi dilakukan melalui WhatsApp bagi relawan yang terpilih.

Hari Inspirasi dilaksanakan Sabtu tanggal 28 Juli 2018. Sayapun ditempatkan di SDN Losari bersama empat orang Inspirator lainnya.

Kelas Inspirasi dimulai dengan sesi apel pagi pada pukul 07.00. Seluruh siswa kelas 4, 5 dan 6 menempatkan diri di lapangan sekolah. Kepala sekolah dan jajaran guru juga turut hadir. Saya merasa haru dengan keterlibatan sekolah dalam momen ini. Terlebih hari sabtu tersebut seharusnya sekolah libur, namun mereka tetap bersemangat untuk masuk.

Setelah apel dan sambutan-sambutan, para siswa dan seluruh tim Kelas Inspirasi melakukan senam  bersama. Senam Meumere berhasil membuat kami keringatan semua pagi itu.

Pukul 07.45 seluruh siswa masuk ke kelas. Dan mulailah kami para Inspirator masuk ke masing-masing kelas untuk mengajar. 

Public speaking memang tidak pernah mudah. Meski mengajar adalah pekerjaan saya, namun ketika berhadapan dengan anak-anak ternyata memang dua kali lebih sulit. Tantangannya terletak bagaimana menjaga perhatian mereka tetap fokus. Jika di kampus saya bertemu mahasiswa yang asyik bermain handphone di kelas, tetapi saat sesi mengajar murid SD saya menemukan para siswa yang sibuk gojek (bercanda) sendiri. Di sinilah tugas kita sebagai pengajar untuk membuat kelas terasa menyenangkan. Bisa dengan ice breaking permainan, tepuk tangan atau interaksi tanya jawab.


Di Kelas Inspirasi ini saya mencoba memperkenalkan profesi saya sebagai penyiar radio. Saya putarkan video saat saya sedang bersiaran agar para siswa memiliki gambaran bagaimana seorang penyiar radio bekerja. Siswa juga saya ajarkan beberapa teknik pernafasan dan senam wajah yang umumnya dilakukan penyiar sebelum mulai siaran. 

Waktu tiga puluh menit terasa begitu cepat. Ingin rasanya berlama-lama saya hadir di tengah-tengah mereka seharian penuh. Memandang binar dan wajah polos mereka dalam tawa yang merekah.

MC KOTA SOLO
Sumber : Kelas Inspirasi. Fotografer : Nasr

Sehari Mengajar, Selamanya Menginspirasi


Setelah sesi mengajar selesai,  kami kembali berkumpul di lapangan. Di siang yang terik, kami masih menyempatkan untuk senam cuci tangan dipandu oleh fasilitator.

Sesi terakhir para siswa diberi kesemptan untuk menempelkan kertas bertuliskan cita-cita mereka. Betapa terharunya saya, melihat ada tulisan "penyiar radio" yang menjadi cita-cita beberapa siswa. 

Sumber : Kelas Inspirasi. Fotografer : Reza P. Islami


KELAS INSPIRASI SOLO

Saya yakin profesi ini tidak atau belum terbersit dibenak mereka sebelumnya. Namun, semoga kehadiran saya beserta teman-teman Inspirator lainnya mempu membuka wawasan anak-anak ini tentang berbagai profesi yang bisa mereka tekuni di masa depan.

Saya berharap dan berdoa mereka menemukan dirinya lebih awal. Sehingga mereka dapat secara yakin melangkah untuk menggapai mimpinya. Mereka tidak perlu bimbang untuk masuk sekolah mana, jurusan IPA atau IPS atau memilih program studi di bangku kuliah. Karena mereka sudah paham ingin jadi apa.

Setiap orang berhak punya cita-cita.
Mau jadi dokter, insinyur, polisi, selebgram, fotografer,apapun itu semua bisa diimpikan.

Terima kasih untuk Solo Mengajar, Mbak Elis, rekan fasilitator, Inspirator dan Dokumentator untuk seluruh pengalaman yang menyenangkan.

Mungkin kami bukan panutan
Namun ujaran kami semoga menjadi pengetahuan
Dan pengalaman ini menjadi inspirasi

Lihat video dokumentasi Kelas Inspirasi ini


Let's be friends!

Instagram | Facebook | Twitter

See you on the next blogpost.

Thank you,

9 comments on "Kelas Inspirasi Solo, Sehari Mengajar Selamanya Menginspirasi"
  1. saya pernah ikutan kelas inspirasi di Bandung, dan membekas sampai sekarang. Duh jadi kangen nih pengen terjun lagi ke sekolah - sekolah

    ReplyDelete
  2. wah, menarik. Kalau ga salah bentar lagi Palembang juga ada KI. Jadi pengen ikutan nih dapat pengalaman baru

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayuk ikutan mbak..sebenarnya kita yang belajar juga sih dari mereka..tentang asyiknya masa anak-anak

      Delete
  3. Emang nyenengin tiap kali ikut Kelas Inspirasi. Seneng liat antusias anak-anak yang baru tahu ada profesi ini itu. Karena kebanyakan mereka kalau ditanya selalu jawabnya cita-cita yang kalau nggak jadi dokter, tentara, polisi, atau guru.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa menambah wawasan mereka akan profesi menarik lainnya

      Delete
  4. Wow, menginspirasi sekali pengalaman Sara, semoga semakin banyak anak yang mengenal potesi dan kelebihan mereka sejak dini agar bisa menjawab tantangandi di depan yang jauh lebih besar

    ReplyDelete
  5. Aenangnya bisa berbagi ilmu sama yang lain. Cita citaku jadi guru belum kesampaian nih, coba ntar mau daftar juga ah.siapa tau cita citaku tersalurkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak..banyak program lain sejenis juga..seperti indonesia mengajar misalnya

      Delete

You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)

Auto Post Signature