Perbedaan Misinformasi, Disinformasi dan Malinformasi, Sudah Tahu, kan?

16.9.19
CENTER FOR DIGITAL SOCIETY UGM


Masih lekat diingatan saya pemberitaan peristiwa yang terjadi di Manokwari, Papua Barat, pada Senin 19 Agustus 2019. Banyak media mengabarkan rentetan kejadian yang terjadi di sana. Massa yang berunjuk rasa memblokade beberapa ruas jalan, kemudian melemparkan pecahan botol,  merobohkan papan reklame dan tiang lampu lalu lintas  serta membakar Gedung DPRD Papua Barat.

(Sumber : https://nasional.republika.co.id/berita/pwihn7409/dua-emhoaks-empicu-rusuh-manokwari)

Aksi yang dilakukan massa ini adalah respon peristiwa pengamanan mahasiswa di asrama Papua yang ada di Surabaya pada Sabtu 17 Agustus 2019. Peristiwa tersebut bermula dari isu mengenai perusakan bendera Merah Putih yang dipasang di asrama. Sebelum polisi melakukan penangkapan, massa yang menggunakan atribut ormas lebih dulu melakukan pengepungan asrama.

(Sumber : https://news.detik.com/berita/d-4671601/kapolri-ada-hoax-korban-tewas-yang-picu-mobilisasi-massa-di-manokwari)

Lantas, bagaimana peristiwa di Surabaya dapat meluas hingga ke Papua? Menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian, kerusuhan di Manokwari, Papua Barat, dan adanya mobilisasi massa di Jayapura, Papua, dipicu peredaran berita bohong atau hoaks, terutama di media sosial. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo juga menjelaskan bahwa sejumlah akun media sosial turut menyebarkan video berkonten provokasi.

(Sumber : https://nasional.republika.co.id/berita/pwihn7409/dua-emhoaks-empicu-rusuh-manokwari)

Belajar dari peristiwa ini, ternyata sangat luar biasa bukan dampak daripada penyebaran berita hoak ini? Terlebih keberadaan teknologi internet yang meniadakan batas ruang dan waktu. Di manapun kita berada asalkan terhubung dengan internet dapat menjadi penerima informasi yang belum tentu kebenarannya. Parahnya, terkadang kita tidak sadar bahwa berita tersebut palsu.

Survei  terhadap 2032 pengguna internet di Indonesia menunjukkan bahwa 81.25% responden menerima hoaks melalui Facebook, sekitar 56.55% melalui WhatsApp, sebanyak 29.48% melalui Instagram, dan tak kurang dari 32,97% responden menerima hoaks di Telegram. DailySosial (2018).

Memahami Perbedaan Misinformasi, Disinformasi dan Malinformasi


Hoaks bisa diartikan sebagai informasi yang direkayasa, baik dengan cara memutarbalikkan fakta atau pun mengaburkan informasi, sehingga pesan yang benar tidak dapat diterima seseorang. Hoaks merupakan kekacauan informasi yang sering dipahami sebagai misinformasi dan disinformasi.

Menurut Buku Panduan Melawan Hasutan Kebencian diterbitkan Pusat Studi Agama dan Demokrasi, Yayasan Paramadina, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia dan International Foundation for Electoral Systems.) berikut adalah perbedaan misinformasi, disinformasi dan malinformasi.


Misinformasi.

Salah informasi. Informasinya sendiri salah, tapi orang yang menyebarkannya percaya bahwa informasi itu benar. Penyebaran informasi dilakukan TANPA ada tendensi untuk merugikan orang lain.

Contohnya seperti video penculikan anak yg viral beberapa waktu lalu. Tanpa mengecek kebenarannya, seseorang langsung menyebarkan informasi tersebut dengan maksud baik, agar orang lebih berhati-hati dan tidak menjadi korban.

Disinformasi

Informasi yang tidak benar dan orang yang menyebarkannya juga tahu jika informasi itu tidak benar. Informasi ini merupakan kebohongan yang sengaja disebarkan untuk menipu, mengancam, bahkan membahayakan pihak lain. 

Malinformasi

Informasinya sebetulnya benar. Sayangnya, informasi itu digunakan untuk mengancam keberadaan seseorang atau sekelompok orang dengan identitas tertentu. Malinformasi bisa dikategorikan ke dalam hasutan kebencian.

Contohnya seperti hasutan kebencian terhadap kelompok minoritas agama atau orientasi seksual tertentu. 

Sumber : Buku Panduan Melawan Hasutan Kebencian

Bersikap Skeptis dan Kritis Terhadap Informasi


Banjir informasi itulah yang terjadi. Informasi bisa dengan sangat mudah kita peroleh di era digital saat ini. Maka untuk dapat bersikap kritis, perlu adanya kemampuan dalam menganalisis informasi yang diterima. Atau dalam hal ini disebut sebagai literasi digital. Yakni pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan mulai dari menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Selain membangun sikap kritis, tidak ada salahnya kita juga bersikap skeptis, tidak mudah percaya akan informasi yang diterima. Dan berusaha mengenali dan menggali kebenaran atas informasi-informasi lebih dalam lagi.

CENTER FOR DIGITAL SOCIETY UGM

Menjadi generadi digital yang positi, etis dan kreatif, inilah misi yang dingkat dalam event Digital Goes to Campus yang diadakan Center for Digital Society (CfDS), Universitas Gajah Mada dan BEM Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kebetulan dalam acara ini, saya hadir sebagai pembicara bersama Diah Angendari, Dosen Ilmu Komunikasi UGM dan Fedryno Geza, Manajer Event dan Media Sosial CfDS.

ZAHRA NOOR ERIZA


Kepada 150 peserta yang hadir, kami bertiga sepakat bahwa penting bagi generasi muda, sekaligus generasi digital untuk mampu memahami keberadaan informasi yang ada. Kemampuan analisis informasi, serta kepatuhan pada etika nantinya akan menjadi bekal untuk menghasilkan konten-konten yang kreatif dan menarik. Istilahnya kontennya nggak omong kosong, tapi ada isinya.


Baca Juga : Penyiar Radio Era Digital


Maka, bagi siapapun yang kini aktif sebagai content creator, yuk bersama-sama belajar dengan baik memanfaat informasi yang ada. Lalu secara bijaksana menghasilkan konten-konten yang informatif, mengedukasi serta mengajak kepada hal-hal yang baik.



See you on the next blogpost.






Thank you, 

18 comments on " Perbedaan Misinformasi, Disinformasi dan Malinformasi, Sudah Tahu, kan?"
  1. Mbak Sara jadi salah satu pembicaranya, ya. Keren nih, jadi paham beda ketiganya

    ReplyDelete
  2. wahh jangan sampe ya kita menjadi bagian dari penyebar 3 jenis informasi diatas.. ngeri sama dampaknya

    ReplyDelete
  3. Ngeri ya dampaknya hoak. Herannya masih banyak yang suka nyebarin dan beralasan, "ah... kan demi kebaikan". Saat itulah aku jadi pengin misuh. Uups...

    ReplyDelete
  4. Malinformasi ini banyak. Sering baca juga di media sosial.
    Kita mesti hati-hati ya, Mbak. Kalau tidak tahu persis, apalagi kalau sudah tahu itu salah, sebaiknya menahan diri. Diam saja, lebih baik.

    ReplyDelete
  5. Bagus ekali eventnya Mak. Baca postingan ini saya jadi bisa bedain 3 hal tersebut. Bener abnget saya juga mulai skeptis dengan pemberitaan karena nggak tahu mana yang bener, huhu

    ReplyDelete
  6. Iyaa banjir informasi banget. Hoaks banyak ya tapi gitu, jadi kecampur2. Bingung sih klo orang awam yaa. Si mamah suka kena hoaks 😀 tapi anak2 suka ngasi pengertian ke beliau..info yg ada nggak smua bener kejadian

    ReplyDelete
  7. Sepakat banget mba sebagai content creator kita harus berusaha memberikan konten yang terbaik. Menurutku kita juga harus berusaha. Dan ini bisa melalui karya karya kita :)

    ReplyDelete
  8. Keren Mbak! Dan setuju sekali dengan pemaparannya. Terima kasih juga sudah mengingatkan lagi agar bijaksana menghasilkan konten-konten yang informatif, mengedukasi serta mengajak sesama kepada hal-hal yang baik.

    ReplyDelete
  9. Saya seringnya malah skeptis loh ketika baca informasi apa saja di media sosial. Banyak yang settingan soalnya. Sudah segitu parahnya para penyebar hoax itu menyebarkan hal-hal yang tidak benar. Tapi kok ya masih banyak aja ya yang langsung menyebarkannya, menjadi viral, dan dipercayai sebagai kebenaran.

    ReplyDelete
  10. Wah selama ini saya menggunakan istilah misinformasi untuk kondisi salah persepsi dari si penerima informasi. Ternyata saya salah menggunakan istilah itu. Terimakasih artikelnya mbak, sekarang jadi tahu pengertian dan penggunaan kata yang tepat

    ReplyDelete
  11. Byuh, memang gak gampang ya Mbak, buat bedain ketiganya. Kalau yang biasa baca sih bisa nandain ciri-cirinya. Tapi kalau yang gak biasa baca berita secara menyeluruh, ya susah. Pokok kedengeran heboh langsung share. Miris memang. Jangan2 masyarakat kita ini memang jauh dari siap untuk memahami literasi digital ya, Mbak.Lha wong pinter aja banyak yg kemakan hoax lho, gimana coba?

    ReplyDelete
  12. Waah kece banget ini informasinya mba. Aku suka dengan istilah konten ngak omong kosong, tapi ada isinya. Tentunya kita harus semakin kretif membuat konten ya.

    ReplyDelete
  13. Jadi blogger itu kita harus penuh tanggung jawab moril ya mak dengan apa yang ditulis.
    Kadang sedih kalau cepat2 dishare padahal ga tau beritanya bener apa nggak. Sukses mak sharingnya. Berkah

    ReplyDelete
  14. Wah jadi tau bedanya, selama ini yang msh bingung disinformasi dan malinformasi itu bu dosen :D Tengkyu pencerahannya.
    MasyaAllah sering sharing jg ke adek2 mahasiswa yaaa, semoga makin banyak yg paham gk boleh sebar informasi sembarangan sebelum cek ricek yaaa

    ReplyDelete
  15. Kadang karena tidak bersikap skeptis maka informasi keliru ditelan mentah akibatnya menimbulkan kerusakan yang meluas... semoga ke depan kita semakin bijak menerima informasi...

    ReplyDelete
  16. Dampak internet memang luar biasa. Ini demonstrasi yang terjadi sekarang juga gara-gara internet, terutama twitter. Dari hastag-hastag yang beredar sama postingan beritanya membuat kita harus waspada, hoax atau benaran beritanya.

    ReplyDelete
  17. Buahaha, jujur aku hanya bener MISINFORMASI
    Trims infonya mbak, keren mbak Ikut berperan dalam edukasi ini

    ReplyDelete
  18. terima kasih ulasannya mbak, sya jadi tahu perbedaan mengenai penyampaian informasi. Seringnya ibu-ibu di grup whatsapp ini yang mudah bange sebar-sebar informasi tanpa tahu benar atau gaknya.

    ReplyDelete

You made it all the way here! Thanks for reading. :)
(Untuk meninggalkan komentar, sebaiknya jangan memilih Anonymous agar tidak menjadi brokenlink dan saya hapus.
Tulis saja nama dan url Google/facebook biar lebih aman)

Auto Post Signature